[caption id="attachment_327854" align="aligncenter" width="550" caption="Shalat Hari Raya bersama jajaran Pemkab Bantaeng (koleksi Pemkab Bantaeng)"][/caption]
Sejak Rabu (19/3) menjejakkan kembali ke Makassar. Langsung disuguhi berita mengenai persiapan operasi allhuyarham. Saat menelpon salah satu kerabat beliau, saya mendapatkan informasi kalau ada pengapuran dalam jantung beliau. Sehingga perlu dioperasi by pass. Hanya saja, selama ini tidak ada riwayat ataupun keluhan jantung. Rupanya pengapuran itu tidak terdeteksi.
Dengan tim operasi yang mencapai 20 orang, beliau menjalani perawatan dan operasi di Rumah Sakit Wahidin, Tamalanrea. Selama hidup beliau sampai 2014, tidak pernah hamba mendapatkan kesempatan bertemu. Tetapi Karunia Allah mempertemukan saya dengan putrid beliau yang berprofesi sebagai dosen. Kadang disela-sela perbincangan saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang beliau.
[caption id="attachment_327856" align="aligncenter" width="498" caption="Allahuyarham Prof. Ahmad Amiruddin (koleksi lektura)"]
Saya mengetahu nama ini ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Terpampang di kantor SD kami, jauh di pelosok Camba sana, 90 kilometer dari kota Makassar. Prof. Dr. Ahmad Amiruddin, kami hapalkan selalu ketika menjawab pertanyaan siapa Gubernur Sulawesi Selatan. Tidak hanya itu, ketika menjelajah sampai ke Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) juga mendapati kalau sepanjang 1970-1973 beliau menjadi ketua jurusan Kimia di perguruan tinggi tersebut. Bahkan, salah satu bangunan dinamakan dengan Bangunan Prof. Ahmad Amiruddin ketika merayakan 40 tahun UKM. Ini untuk mengenang jasa beliau dalam mendirikan departemen Kimia semasa dipinjamkan ITB ke UKM.
Pernah melihat sekilas sosok beliau ketika Harmoko yang waktu itu menjabat Menteri meresmikan pemancar relay televisi di Camba. Didampingi gubernur, kami murid-murid SD berjejer di sepanjang jalan raya dari ibukota Camba ke Lappapai. Hanya itu saja momen-momen melihatnya. Tetapi namanya terpatri dengan kokoh di ingatan hamba. Idola, kebanggaan, dan inspirasi untuk selamanya.
[caption id="attachment_327857" align="aligncenter" width="252" caption="Allahuyarham Prof. Ahmad Amiruddin (koleksi Pare Rock City)"]
Pengabdian allhuyarham Prof. Ahmad Amiruddin kemudian diabadikan UKM dengan gelar Doctor Honoris Causa pada tahun 1976. Penghargaan ini sekaligus bermakna sebagai pengakuan warga UKM atas sumbangsih beliau dalam mengembangkan universitas. Bahkan dalam satu jamuan makan siang di Puri Pujangga UKM beberapa murid beliau yang sudah menyandang professor memberikan komentar bahwa beliau adalah sosok yang turut dalam meletakkan dasar bagi pengembangan UKM sejak awal.
Dua posisi yang dicapai beliau sekaligus, rektor Universitas Hasanuddin (1973-1982), dan Gubernur Sulawesi Selatan (1983-1993). Setelah itu, sejak 1993 menjabat sebagai Wakil Ketua MPR. Tidak hanya menduduki posisi itu tetapi memberikan monument yang kita bias kenang sampai sekarang dan dikenang pula generasi yang akan dating. Dalam kepemimpinan beliau sebagai rektor memimpin pembangunan kampus Unhas dari Baraya ke Tamalanrea. 17 September 1981, kampus seluas 220 hektar diresmikan Presiden Soeharto dalam Dies Natalis ke-25.
Sementara ketika menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan, pembangunan dimulai dari prinsip trilogi pembangunan yaitu Perubahan Pola Pikir, Pengwilayahan Komoditas, dan Petik Olah Jual. Konsep inilah yang membantu masyarakat Sulawesi Selatan sehingga saat krisi moneter ditandai dengan melambungkan nilai kurs dollar terhadap rupiah serta meroketnya harga-harga hasil pertanian menjadikan masyarakat Sulsel justru tidak didera akibat krisis moneter. Sebaliknya menuai hasil pertanian yang memadai.
Pengabdian, dedikasi, dan pelayanan terhadap rakyat Indonesia, sehingga Presiden RI atas nama Rakyat Indonesia memberikan penghargaan Bintang Mahaputra Utama, sebuah pengakuan tertinggi atas pencapaian seorang anggota masyarakat sipil. Sepanjang hayatnya sebagian besar dijadikan sebagai lahan pengabdian untuk umat manusia. Bangsa Indonesia dan dunia menikmati layanan pendidikan di kampus Tamalanrea salah satunya karena visi allahuyarham dalam melakukan perluasan lahan. Sehingga kampus Baraya yang saat itu berada di tengah kota dengan segala keterbatasan, ditambah dengan lahan yang ada di Tamalanrea.