Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penelitian Pendidikan Bahasa: Mengenali, Menggali, dan Menyajikan

12 September 2014   18:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:53 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penelitian menjadi sebuah formalisasi dari sifat kemanusiaan. Dalam fase tertentu kehidupan, seorang anak mulai mempertanyakan keadaan sekelilingnya. Pertanyaan sederhana dimulai “apa itu, apa ini?”. Dalam ranah akademik, tradisi ini kemudian dinamakan sebagai aktivitas ilmiah yang dipandu oleh sebuah metode yang terstandarisasi.

Pertanyaan penelitian “apa ini, apa itu?” tidak lagi diperlukan. Sebab peneliti sudah mendapatkan data awal untuk memeroleh sebuah keyakinan bahwa penelitian ini layak diteruskan. Ada gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditemui bahwa memang fenomena ini layak menjadi sebuah penelitian. Kalau hanya menjawab pertanyaan “apa” maka itu untuk sementara hanya menjadi makalah saja. Tidak perlu dilakukan penelitian.

Langkah pertama dalam sebuah ilmu pengetahuan adalah mengenali. Bisa saja apa yang ada di sekeliling kita, tidak disadari keberadaannya. Maka, dalam memulai sebuah penelitian, pengenalan adalah sebuah langkah awal dalam meneropong sebuah fenomena. Ketika kejadian itu berlangsung tetapi tidak dikenali, maka akan berlalu begitu saja. Bahkan bisa dianggap sebagai sebuah kejadian yang biasa-biasa saja. Dengan mengenalinya dan menjadikan sebuah masalah, akan dapat ditindaklanjuti menjadi sebuah penelitian. Kemampuan untuk mengenali sebuah fenomena menjadi masalah perlu dilatih. Untuk itu, seorang peneliti perlu juga mengasah kepekaannya dengan membaca penelitian terdahulu.

Langkah berikutnya adalah menggali data yang ada. Ketika data dieksplorasi maka perlu diklasifikasi sesuai dengan pertanyaan penelitian yang kita ajukan. Tidak semua data perlu dideskripsikan tetapi data yang tidak memadai perlu digali terus sampai jenuh. Bagian temuan (finding) hanya berisi temuan-temuan lapangan. Data tidak berisi kutipan dari pendapat orang yang sudah terpublikasi. Itu sudah masuk dalam kajian teoritis di bagian sebelumnya. Data ini harus murni apa adanya. Bahkan tidak perlu ditulis ulang.

Bisa dikutip pernyataan nara sumber secara langsung, dengan menggunakan bahasa informan. Untuk penelitian yang tidak menggunakan pendekatan populasi dan sampel, subyek penelitian tidak harus mencerminkan sebuah angka. Cukup dengan subyek yang sesuai dengan kriteria.

Terakhir, data yang sudah diverifikasi perlu disajikan. Bahasa ilmiah tidaklah perlu rumit. Tetap saja perlu disajikan dengan bahasa ringan dan mudah dimengerti. Tetap perlu dipandu oleh bahasa Indonesia (kalau menggunakan bahasa Indonesia) yang sederhana. Kaidah dasar yang harus selalu diingat adalah SPO (subyek-predikat-obyek).

Beberapa kalimat kadang susah menemukan subyeknya. Lalu paragraf hanya dibuat dengan satu atau dua kalimat. Padahal kalimat menjadi bangunan paragraf. Satu paragraf terdiri hanya satu ide. Tugas penulis adalah mendukung ide dengan detail-detail.

Penelitian yang tidak dipublikasikan merupakan “dosa besar”. Penelitian yang berguna hanyalah ketika sudah dipublikasikan dan berbentuk menjadi informasi publik. Salah satu ukuran sederhana, laporan penelitian sudah tersimpan di perpustakaan. Perlu juga tindak lanjut menjadi artikel di jurnal ataupun menjadi makalah di seminar dengan prosiding yang sudah memiliki ISBN.

Kalau untuk skripsi bisa juga dipublikasikan dalam jaringan (online). Sehingga hasil-hasil penelitian menjadi komsumsi publik. Supaya tidak lagi terjadi duplikasi dan replikasi penelitian. Kendala publikasi penelitian untuk menjadi sebuah cetakan, tidak lagi menjadi masalah. Dengan ditempatkan di reps perpustakaan ataupun jurnal dalam jaringan sudah memadai untuk dijadikan sebagai sebuah rujukan.

Terakhir, penelitian merupakan sebuah siklus. Pola yang digunakan dengan mengenali, menggali, dan menyajikan adalah urutan yang sudah menjadi langkah aktivitas ilmiah. Bisa juga dimulai dari awal yaitu aktivitas menyajikan. Ketika mendapatkan sebuah publikasi yang memberi rekomendasi perlunya tindak lanjut penelitian berikutnya yang perlu dilakukan, maka ini sebuah rekomendasi yang berharga untuk dilakukan penelitian. Justru peneliti jikalau mendapatkan rekomendasi penelitian tidak perlu melakukan pengenalan masalah. Cukup dengan memahami konteks masalah sudah bisa memulai sebuah penelitian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun