Kita sering disuruh orang tua untuk belajar, belajar, dan belajar. Tapi apakah orang tua pernah menyakan kepada kita bagaimana proses kita belajar dan bagaimana kondisi kita baik fisik atau mental? Jawabannya, ada sebagian orang tua yang care terhadap proses kehidupan anaknya dan ada juga orang tua yang hanya melihat hasil  akhir anaknya saja tanpa mengetahui bagaimana anaknya dalam berproses.
Dalam menjalani proses kehidupan tidak melulu selalu berjalan mulus, kadang kalanya juga mengalami kegagalan. Dalam hal ini peran orang tua sangat di butuhkan anak dalam perkembangan anak terutama dalam belajar menerima kekecewaan. Oleh sebab itu para orang tua harus mampu bersikap dan memotivasi anaknya agar mau selalu berproses walaupun banyak sekali hambatannya.
Apabila anak berbuat dan berperilaku yang positif, maka selayaknya anak harus diberikan reward yang membuatnya senang. Reward yang diberikan tidak selalu dengan hal yang berbau barang mahal, reward yang diberikan boleh hal-hal yang simple contohnya dengan coba pujilah anak didepan banyak orang atas perbuatan baiknya, diajak quality time bersama, diajak pergi ke tempat yang anak sukai, dikasih pelukan hangat.
Reward yang diberikan orang tua ke anaknya dapat menjadikan anak lebih mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya sendiri, mendorong mengeratkan hubungan antara orang tua dengan anak, mendorong anak untuk pantang menyerah dalam menggapai sesuatu.
Perlu di ingat juga, pemberian reward kepada anak tidak selalu berdampak positif. Kadang juga berdampak negatif seperti ketergantungan anak terhadap reward yang akan mereka terima. Seperti anak akan melakukan sesuatu hal yang menurut mereka akan mendapatkan reward dari orang tuanya, sehingga apabila tidak ada reward yang diberikan orang tua, mereka lebih memilih untuk tidak melakukannya.
Namun, apabila anak melakukan sebuah kesalahan, simpan saja kesalahan anak dan tidak perlu mengungit-ungkitnya. Sebab apabila anak terlihat sudah mencoba berusaha menyembunyikan kesalahannya, namun orqang tua selalu mengungkit-ungkit kembali, hal itu menjadikan anak akan berani melakukan kesalahan lagi kedepannya secara terang-terangan, bahkan apat menyebabkan anak tidak peduli dengan orang lain
Dalam memberikan Punishment kepada anak harus sesuai dengan keadaan psikologis anak, sebab apabila memberikan punishment yang berlebihan di khawatirkan dapat berakibat fatal terhadap perkembangan anak. Punishment ini diberikan kepada anak bertujuan agar anak tidak mengulangi perbuatan yang menyimpang.
Semisal, jika anak baru pertama kali melakukan baik itu melanggar aturan yang telah disepakati bersama atau melakukan kesalahan dalam berproses, simpan rahasianya, dan tidak perlu diungkit-ungkit. Sebab apabila masalah yang pernah mereka perbuat dibuka atau diungkit-ungkit kembali oleh orang tuanya, akan mengakibatkan mereka akan lebih berani melakukan keburukan lagi kedepanya bahkan secara terang-terangan tanpa memperdulikan orang sekitarnya.
Apabila anak, melanggar aturan yang telah disepakati bersama atau melakukan kesalahan dalam berproses untuk kedua kalinya, sebaiknya orang tua menegur mereka secara fece to fece (bukan di khalayak tempat umum), lalu katakan dengan tegas (bukan bentakan), dan ingatkan kosekuensinya atas perbuatan yang mereka perbuat.
Jangan terlalu sering memarahi anak atau mengomel dengan konotasi negatif. Terlebih dengan ucapan ataupun ekspresi kurang pantas yang seharusnya tidak dipakai dalam menegur anak. Karena apabila orang tua sering terlalu berlebihan dalam memarahi atau memberikan hukuman kepada anak, megakibatkan anak akan lebih meremehkan teguran baik itu dari orang tua atau orang laing, cenderung akan lebih mudah melakukan hal keburukan, dan hilangnya wibawa perkataan orang tua dari hati anak.
Reward dan Punishment itu di ibaratkan sebagai sebuah obat. Yang mana obat itu penting, tapi mengetahui dosis dan aturan pemakaiannya justru juga tak kalah penting. Pujian, hadiah, nasehat, marah, dan hukuman itu perlu di berikan ke anak, namun harus sesuai dosis dan cara yang tepat.