Mohon tunggu...
Ian Iswara
Ian Iswara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Inilah Ian yang kalian kenal, dalam pergaulannya tak ada yang ditutupinya, kekurangan dan kelebihannya selalu ditampakkannya, termasuk kepada kekasihnya sendiri, Mona.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Olimpiade Eksakta, Dua Hari Berturut-turut! (1)

17 Mei 2012   09:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Menjadi pintar itu merupakan resiko setiap orang yang Tuhan anugerahkan kecerdasan padanya. Begitu juga aku (walaupun sebenarnya aku tak mau begitu saja menyebut diri ini cerdas), terkena resikonya. Perlombaan merupakan ajang untuk menunjukkan bahwa diriku lebih baik dari teman-temanku, begitulah menurut pandanganku."

Aku adalah seorang mahasiswa Teknik Mesin di sebuah kampus perjuangan, Universitas Sriwijaya, selanjutnya disingkat Unsri. Aku sempat ingat dua hari yang membuat otakku kecapaian. 23 dan 24 Oktober 2010. Ya, inilah hari melelahkan dalam sejarahku sebagai seorang siswa SMA yang berakreditasi B, SMA Negeri 9 Palembang. Tetapi sebelum menginjak ke tanggal-tanggal itu, aku telah melewati masa-masa kualifikatif yang agak lumayan... susah. Aku sempat ditawari oleh seorang guru Fisika yang bernama pak Syamsul Hairi, S.Pd, M.M yang mengajar kelas kami (ketika itu aku masih di kelas XII IPA 2), sebuah kompetisi Fisika, namanya Lomba Cerdas Cermat Fisika (LCCF) 2010 yang diadakan oleh Fakultas KIP sebuah universitas kelas wahid di provinsi Sumatera Selatan. Waktu pelaksanaanya tertanggal 23 Oktober. Bertempat di Aula Magister Manajemen Universitas Sriwijaya. Kompetisi ini terlihat seperti Olimpiade, bagiku. Awalnya aku menolak, karena fisika adalah pelajaran eksakta yang paling rumit menurutku, rumus-rumus beserta variasinya, nalarnya, dan lain sebagainya. Tapi hampir semua warga XII IPA 2 merestuiku untuk mengikuti kompetisi ini, jadi apalah dayaku? Akhirnya dengan berat hati, aku mengikutinya.

Aku lantas mengikuti kualifikasi tingkat sekolah, dan aku tidak sendiri yang mewakili kelas XII IPA 2 dalam kualifikasi ini, ada seorang cewek bernama Pia. Dia juga pintar, tetapi aku tidak mau digadang-gadangkan oleh teman-teman akan menjalin hubungan cinta dengannya, karena alasan tertentu yang aku tidak akan tuliskan dalam tulisanku ini. Total tiga kelas yang mendaftarkan dua delegasinya dalam kualifikasi ini. Terus terang, persiapanku sendiri nihil. Pak Syamsul lah yang membuat soal-soal untuk kami berenam kerjakan. Tetapi pada akhirnya aku terpilih bersama Terry Wardhana Raka Adinata (wakil XII IPA 3, sekarang kuliah di Teknik Mesin Unsri, sekelas denganku) dan Rizki Prasetyo (wakil XII IPA 1, sekarang kuliah di Teknik Elektro Unsri) untuk mewakili SMA ini ke kompetisi itu.

Beberapa hari setelahnya, ketika aku hendak keluar dari ruang guru, seorang guru yang terbilang favorit bagiku, pak Efriansyah, S.Pd yang seorang guru Matematika di kelasku, tiba-tiba memanggilku dan menuju ke arahku. Beliau juga menawariku sebuah kompetisi. Olimpiade Matematika yang diselenggarakan tanggal 24 Oktober di sebuah universitas swasta di kota ini, Universitas PGRI. Nah, inilah yang aku harapkan, walaupun sebenarnya dalam hatiku merenung bagaimanakah rasanya mengikuti kompetisi berbeda dalam waktu dua hari berturut-turut. Beliau juga menyuruhku memantau adik-adik kelasku, siapa saja yang mahir bermatematika ria. Lalu dengan pencarian selama beberapa hari, aku menunjuk Kleo Fatra dan Fitri Bunga Adelia, keduanya dari kelas XI IPA 2.

Mereka awalnya bersedia mengikuti ini, tetapi karena desas-desus bahwa kedua adik kelasku ini mengalami perpecahan dan Bunga yang akan merayakan ulang tahunnya, jadi hanya Kleo yang pasti akan ambil bagian. Aku pernah mengkonsultasikan masalah Kleo dan Bunga kepada pak Efri yang mengajakku berlomba, dan beliau segera mempertimbangkan mencari partner baru yang lebih layak. Dari sinilah ku menemukan sosok seperti Indra Wijaya Putra, teman sekelas Kleo.

Kompetisi tinggal beberapa hari lagi, tetapi persiapanku dalam kompetisi Fisika lebih sedikit daripada persiapanku untuk mengikuti kompetisi Matematika. Aku sering sekali latihan matematika  bersama adik-adik kelasku, ketimbang mengikuti latihan fisika bersama teman yang setingkat denganku. Entah tak dapat dibayangkan bagaimanakah nasibku ketika hari H nanti.

IAN ISWARA

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun