Gara gara Iklan di salah satu media milik Hary Tanoe  yang diberi judul "Kutagih Janjimu" , Calon presiden dari PDIP Jokowi akhirnya 'gerah' juga. Iklan yang diputar setiap hari dalam durasi beberapa menit tersebut memuat tentang sumpah jabatan yang diucapkan oleh Jokowi ketika dilantik menjadi Gubernur DKI.
Siapapun yang melihat iklan ini secara terus menerus tentu akan berimplikasi negatif terhadap pencapresan Jokowi. Walau durasinya hanya beberapa menit, tetapi substansi pesan yang ingin disampaikan sangat jelas menohok kubu PDIP.
Iklan yang sudah diputar hampir sebulan tersebut, tentu bukan sembarang iklan. Nuansa politisnya pun sangat kental apalagi memasuki masa pemilihan umum. Walaupum pemilihan presiden masin beberapa bulan lagi, tetapi iklan jitu media Hary Tanoe berhasil mengenai sasaran.
Buktinya, Jokowi akhirnya menanggapi iklan tersebut dengan mempertimbangkan akan membawanya ke jalur hukum atas pertimbangan internal beberapa elit PDP. Jokowi menganggap iklan "KUTAGIH JANJIMU" tersebut telah jelas jelas menyerang dan menyudutkan dirinya.
Teguran kepada ke tiga media group MNC yang menyiarkan iklan tersebut oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dinilai Jokowi masih kurang tegas. Untuk itu pihaknya (PDIP) akan membawa masalah ini ke jalur hukum, karena hal ini sudah dianggap black campaign.
Tentu pihak PDIP juga harus mendengar dari pihak MNC tentang maksud dan tujuan penanyangan iklan tersebut. Apakah ada unsur kesengajaan atau hanya sebuah iklan komersil tentang profil Jokowi, walaupun Jokowi agak sedikit emosional dengan menyayangkan iklan yang menurutnya tidak memberikan edukasi tersebut.
Jika implikasi iklan tersebut menumbuhkan persepsi negatif, mungkin bisa dimaklumi. Pernyataan pernyataan keras yang menolak pencapresan Jokowi oleh berbagai elemen masyarakat di Jakarta tentu bisa menjadi parameter riil dan alasan konkret atas adanya iklan tersebut.
Jika menarik alasan politisnya tentu lebih kuat lagi, sebagai owner MNC Group dan sebagai salah satu kandidat cawapres di pilpres 2014 tentu destinasinya jelas, menahan laju Jokowi. Sebagai pasangan capres dan cawapres yang elektabilitasya jauh dibawah Jokowi, maka Hary tanoe harus mengerahkan medianya untuk menopang elektabilitasnya.
Jokowi pun terang terangan menunjuk Hary Tanoe dibelakang iklan tersebut. Akankah perang media di media social bergeser ke media elektronik dengan propaganda propaganda abstract? Padahal tadinya saya berpikir iklan ini iklan sebuah produk makanan atau minuman, ternyata nihil ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H