Tidak terlihat senyum tulus di wajah ketua umum Partai Golkar sehabis keluar dari kediaman ketua umum Partai PDIP, Megawati Soekarno Putri malam tadi. ARB yang ditemani beberapa fungsionaris Golkar tampak terburu buru masuk ke mobil dan hanya memberikan senyum dan lambaian tangan. Tidak seperti beberapa hari yang lalu ketika ARB berkunjung ke tempat Mega, selalu menyempatkan memberikan statement tentang hasil pertemuan. Apakah ini pertanda hasil hasil Rapimnas Golkar ditolak Megawati?
Secara jujur, kita pun bisa membaca isyarat dari awal, bahwa poin poin keputusan rapimnas Partai Golkar tidak akan mudah begitu saja diterima oleh ketum PDIP. Apalagi poin poin tersebut lebih bersifat menguntungkan pihak Golkar. Tentu saja menawarkan hal tersebut kepada seorang Megawati, tentu sudah pasti akan ditolak oleh anak proklamator tersebut. Megawati adalah tokoh politik yang berpendirian keras, tidak suka didikte. SBY saja yang sudah membuka ruang untuk berdialog tak pernah mendapat sinyal mencairkan suasana.
Pertemuan yang hanya berlangsung satu jam tersebut, ternyata tidak menghasilkan apa apa seperti yang diungkap sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo. Artinya Golkar dan PDIP gagal mendapatkan kata mufakat dan kompromi koalisi. Memaksakan Aburizal sebagai capres jelas tidak mungkin, karena PDIP dan mitra koalisinya sudah mendeklarasikan Jokowi, begitu juga dengan jatah cawapres. Cawapres Jokowi yang akan dideklarasikan besok, sudah beredar sangat jelas antara Jusuf Kalla dan Abraham Samad, sehingga sangat sulit untuk Aburizal Bakrie untuk mengisi kekosongan tersebut.
Tentu saja dalam hal penentuan cawapres, poros PDIP memepercayakan sepenuhnya kepada keputusan Megawati dan Jokowi dan ini sudah disetujui oleh Nasdem dan PKB. Jika sudah demikian, kedatangan Aburizal Bakrie ke kediaman Megawati tentu sia sia belaka, karena ARB tak bisa memaksakan hasil rapimnas ke poros Jokowi.
Pertanyaannya, apa yang harus segera dilakukan oleh Aburizal bakrie dan Golkar? Apakah kembali legowo dan 'terpaksa' menerima tawaran Demokrat membentuk poros baru, dengan catatan Sri Sultan sebagai capres dan Dahlan Iskan sebagai cawapres? Ataukah Aburizal berlabuh ke Koleganya partai Gerindra dan mendukung poros Prabowo?
Secara etika politik, manuver Golkar selama ini terjebak oleh ego mereka sendiri. Mereka merasa mampu diterima oleh Jokowi, namun ternyta kenyataannya tidak smeudah itu. ARB lupa akan sikap Megawati yang keras pendirian. Jika saja ARB sedikit menurunkan egonya dan menerima tawaran SBY membentuk poros baru dan menajdi king Maker, tentu malam tadi ARB sudah bisa tidur nyenyak. Demokrat sendiri punya sikap tegas dengan menempatkan pada posisi netral, dan akan melegalkan keputusan tersebut menjadi definitif 20 Mei nanti. Masih terbuka pintu ARB untuk sekedar membuka ruang buat Demokrat berkoalisi dengan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H