Mohon tunggu...
Iswanto Junior
Iswanto Junior Mohon Tunggu... profesional -

penikmat kuliner, politik, budaya & misi kemanusiaan @iswanto_1980

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pemerintahan Baru Bisa Seumur Jagung

14 September 2014   15:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:44 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pic. adiehartanto.wordpress.com

Banyak tokoh tokoh dunia besar karena kritik, makanya jangan pernah antipati terhadap kritikan. Apalagi dengan hanya membaca judul di atas kemudian memberikan stigma negatif pada penulis apalagi memberikan koment-koment yang hanya berujung perdebatan kusir karena pasti akan saya hapus... !! Criticism is inevitable as breathing it self ...

Euforia kemenangan Jokowi - JK masih dirasakan oleh para pendukungnya, baik para sukarelawan maupun mereka yang tergabung dalam tim transisi. Mereka yang 'berdarah-darah' mendukung Jokowi-JK baik yang ikhlas, setengah ikhlas maupun yang punya kepentingan bersatu padu memenangkan jagonya. Tentu ada yang mengharap imbalan atas kerja keras mereka dan hanya sedikit persentasenya yang mau 'nerimo' apa adanya.

Saya yakin akan banyak barisan sakit hati disekeliling Jokowi-JK, dan ini bisa dikenali dari pernyataan-pernyataan mereka yang mulai inkonsisten. Tak bijak saya menyebutkan orangnya satu persatu, potensi kearah sana akan jelas dan seperti efek bola salju. Saya pribadi dan seluruh masyarakat Indonesia tentu berharap friksi-friksi seperti ini seharusnya diselesaikan sebelum Jokowi-JK dilantik.

Apalagi jika isu-isu kebijakan yang tidak memihak rakyat dijalankan tanpa memikirkan dampaknya. Ini akan menjadi resiko politik Jokowi-JK. Ingat ! Jokowi-JK diusung oleh beberapa partai politik yang tentu saja ada konsensus politik yang telah disepakati atau dengan kata politik ada mahar politik. Terlepas apapun namanya, ibarat kita mau melamar seorang gadis tentu kita harus mempersiapkan segala sesuatunya. Mahar politik dalam era demokrasi tidak hanya terkait prospektif masyarakat pemilih tetapi juga para partai pendukung.

Pertanyaannya adalah apakah partai politik pendukung Jokowi-JK berani melawan mainstream culture mahar politik ? Tradisi kuat yang sudah dijalankan dalam sistem peralihan kekuasaan kita sangat sulit di hapus karena sudah mendarah-daging. Uang sudah menajdi lingua franca, sehingga melupakan idealisme dan slogan ketika kampanye. Hal ini yang harus kita ingatkan pada pemerintahan Jokowi-JK jika tak ingin pemerintahannya seumur jagung. SBY berhasil mengendalikan situasi politik secara baik sehingga siklus kehidupan bernegara berjalan meski tidak 100 persen ideal tetapi menjaga stabilitas negara selama 10 tahun bukanlah perkara remeh temeh dari sekedar menaikkan atau menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) atau memperdebatkan RUU Pilkada.

Jokowi-JK menang karena relawan dan media, ini tak terbantahkan, makanya ketika pertemuan dengan para relawannya beberapa waktu yang lalu Jokowi ingin agar relawan tetap mendukungnya. Sesuatu hal yang wajar, namun bukankah diantara para relawan bisa diklasifikasikan lagi menjadi para loyalis dan mana yang ikut-ikutan ? makna relawan pun seakan tergeser dan bias.  Tentu saja Jokowi-JK harus memikirkan nasib korlap-korlap relawan yang sudah 'berjuang' memenangkan panji-panji Jokowi JK.

Jokowi pun harus berkejaran dengan waktu, rakyat ingin melihat program 100 hari, 3 bulan, dan satu semester pemerintahan. Apakah kita harus berharap banyak ? tentu saja harus, pondasi yang sudah ditinggalkan pemerintahan SBY seharusnya memudahkan Jokowi-JK dalam bekerja. Hal ini juga tergantung dari siapa-siapa yang duduk menjadi menteri dikabinet Jokowi-JK, bukan hanya sekedar profesionalisme yang selalu didengung-dengungkan Jokowi. Apakah dengan membuka aspirasi nama-nama menteri yang layak duduk jadi menteri hanya basa basi politik kalau toh yang menentukan Jokowi dan tim transisinya ? Kita bukan sedang mengikuti pemilihan Rising Star dengan persentase terbanyak .. ah guyonan demokrasi. Mengabaikan explicit rejection sama saja membohongi kata hati. (@iswanto_1980)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun