[caption caption="Hadi Siswoyo memberikan materi manajement keuangan keluarga & tabungan sekolah anak pada pertemuan rutin mingguan anggota perempuan CU Amarta"][/caption]
Lahir dari keluarga sangat sederhana yang hidup dari penghasilan ayah yang berkerja sebagai buruh pencari kayu hutan dan pencari rotan, disebuah dusun terpencil dipinggiran hutan, pesisir Pantai Timur, Sumatera Utara 33 tahun silam. Itulah Hadi Siswoyo yang sekarang ini menjadi ketua Koperasi CU AMARTA yang beranggotakan 578 orang.
Menginjak usia ke 8 (delapan) tahun Hadi harus kehilangan ayah tercinta, meninggal dunia, yang menyebabkan terjadi krisis ekonomi dikeluarga, karena tidak ada lagi yang bisa berkerja sebagai penopang penghasilan keluarga. Hal ini yang menyebabkan dirinya harus berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar swasta di desanya. Satu tahun bersekolah pasca ditinggal ayahnya merupakan perjuangan berat baginya karena selalu dimarahi bahkan diusir kepala sekolah karena terlambat membayar uang sekolah (SPP) berbulan-bulan. Suatu insiden yang sampai saat ini masih membekas dihati Hadi, pada saat dia ditampar kepala sekolah sampai berdarah, pasalnya dia tetap memaksa ikut ujian kelas tiga SD, kendati belum membayar uang ujian dan belum melunasi uang SPP, hal tersebut membuat kepala sekolah berang mengusir dan menamparnya.
Pahitnya perjalana hidup yang dialami, terutama pengalaman pendidikan yang sangat diimpikannya, membentuk Hadi sadar akan kondisi dan lingkungan, selalu berempati dengan sesama masyarakat kecil yang akhirnya memberinya motivasi untuk terus belajar, meski diluar sekolah, untuk menciptakan perubahan.
Usia 16 tahun Hadi Siswoyo mulai aktif berorganisasi, dari mulai organisasi kepemudaan sampai akhirnya pada usia 19 tahun dirinya menjadi ketua Remaja Mesjid di salah satu dusun di desa Air Hitam, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupatem Lahbuhanbatu (kini: Kabupaten Labuhanbatu Utara), Sumatera Utara. Berbekal kesukaan membaca Hadi terus belajar dan mempraktikkan ilmu yang dierolehnya hingga akhirnya dia berhasil menginspirasi kaum muda di dusun lain untuk juga membentuk remaja mesjid yang kemudian ia satukan menjadi satu wadah Ikatan Remaja Masjid skala desa yang bernama Ikatan Remaja Masjid Desa Air Hitam (IRMAH), dan Hadi menjadi ketuanya. Prestasi puncak yang berhasil dicapainya selama 2 tahun menjadi ketua IRMAH yang paling menonjol adalah berhasil menghentikan sama sekali bentuk perjudian dan minuman keras yang sebelumnya marak di desanya.
Melihat kondisi desanya merupakan desa terpencil yang sangat terbatas dari berbagai sisi, terutama perekonomian masyarakat yang sangat memprihatinkan, miskin, tertinggal dari kemajuan dann pendidikan yang sangat berat untuk di akses. Akses pendidikan dan perekonomian yang sangat lemah ini kerap dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan pribadi. Berkembangnya rentenir dengan bunga yang sangat tinggi (10 – 20 persen perbulan), membuat masyarakat semakin miskin dan sulit menyyekolahkan anak-anak mereka. Akses masyarakat terhadap modal kerja yang bersahabat menjadi tantangan tersendiri. Solidaritas sosial diantara masyarakat juga mejadi kabur akibat dari budaya konsumerisme yang melanda. Individualisme mulai tumbuh subur dan mengakibatkan tercerai berainya kebersamaan, sering terjadi benturan antar kelompok pemuda antar dusun yang kemudian merambah dan menjadi pemicu konflik yang melibatkan orang tua, belakangan merebaknya narkoba menjadi tantangan yang amat berat bagi masa depan anak-anak desa.
Prihatin akan kondisi tersebut, Hadi sadar, bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk mengatasi kondisi tersebut, selama satu tahun delapan bulan perjuanganya membagikan pikiranya dan mempengaruhi masyarakat dilingkunganya untuk melakukan sesuatu yang dapat merubah desanya. Akhirnya pada tahun 2005, Hadi berhasil mengumpulkan 9 orang yang telah bersepakat membentuk sebuah lembaga keuangan mikro (simpan pinjam) yang pada waktu itu bernama credit union (CU) Bina Maju Bersama (BIMA). Didirikan, tepatnya pada 23 Februari 2005.
Dengan bermodalkan uang sebesar Rp 273,000,- yang dikumpulkan dari 9 orang tersebut, Hadi dan teman-temanya membuat terobosan baru dibidang permodalan dan pemerdayaan masyarakat secara mandiri dengan prinsif dari oleh dan untuk anggota dan berpijak pada pilar pendidikan, kebersamaan dan keadilan. Lembaga ini bergerak dibidang simpan pinjam dengan jasa sangat ringan sesuai kesepakan anggota dan keuntungan yang diperoleh akan dibagi pada anggota saat rapat anggota tahunan (RAT), akan tetapi CU juga memiliki prinsip utama untuk membangun kebersamaan dan solidaritas sosial yang dipercaya mampu merekatkan keretakan solidaritas sosial yang telah menjadi masalah bersama di desa.
Lembaga keuangan mikro ini merupakan titik awal Hadi untuk mengorganisir masyarakat agar tumbuh nilai-nilia kolektifitas, membangun berbagai bidang pada masyarakat desanya dan desa sekitarnya untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, solidaritas sosial, pendidikan, sumberdaya dan lingkungan. Paling sedikit, kini CU Bima yang namanya berubah jadi CU Amarta pada Februari 2012 (setelah berbadan hukum koperasi), mengelola:
- Pelayanan simpan pinjam anggota, maksimal pinjaman hingga 40 juta rupiah per-anggota.
- Pelayanan Simpanan Mingguan.
- Program Pinjaman Kelompok (ada 14 unit/kelompok kecil di bawah CU Amarta).
- Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
- Penyelenggaraan Program Pendidikan Kejar Paket (KF) Paket A, B dan C Reguler.
- Penyiaran Radio Komunitas (Rakom) Smart FM.
- Kelompok Peternak Sapi Tanggung Renteng.
- Program Pinjaman Musiman dengan jasa hanya 1,5% untuk masyarakat desa sekitar (tetangga) Air Hitam yang mayoritas masih bertanam padi (Desa Teluk Pulai dahulu pernah menjadi penghasil beras terbaik di Sumatera Utara) dimana masyarakat tersebut selama ini masih bergantung kepada rentenir untuk modal dengan bunga mencapai 10% perbulan. Program ini dilakukan untuk memutus ketergantungan petani terhadap rentenir dan tercipta kemandirian. Sekarang Hadi sedang menggas (program uji coba) menerapkan sistem irigasi pompa agar petani dapat bercocok tanam padi 2 kali setahun untuk petani tersebut untuk memberikan pendapatan lebih kepada petani yang selama ini hanya mengandalkan tadah hujan. Dan gagasan program beasiswa bagi anak sekolah anggota CU Amarta.
Data hingga Desember 2015, CU Amarta telah memiliki anggota 578 orang yang merupakan kepala keluarga dengan asset berputar yang dikelola berjumlah Rp 2,300,000,000,-. Sehingga masyarakat desa Air Hitam dan sekitarnya (desa Tteluk Pulai dan desa Pangkal Lunang) sebagian besar lepas dari jeratan lintah darat (rentenir) dan maju merintis pendidikan dan lingkungan hidup yang lebih baik. Untuk informasi lanjut mengenai hal ini dapat dibuka pada: http://cuamarta.wordpress.com.
Hadi Siswoyo yang hidup sangat sederhana dengan rumah sebahagian masih terbuat dari tepas (gedek), terus mengembangkan berbagai kegiatan untuk memajukan masyarakat terpencil. Hadi juga aktif memngorganisir dan memfasilitasi pendidikan non formal dan pemberdayaan ekonomi sosial masyarakat hingga ke beberapa daerah di dalam dan luar provinsi, yakni Aek Kanopan (Ibu Kota Kabupaten Labuhanbatu Utara), Kabupaten Batubara, dan Rokan Hilir, Prov. Riau.