Mohon tunggu...
Iswan Heri
Iswan Heri Mohon Tunggu... Administrasi - Dreamer, writer, and an uncle

Traveller, Writer, Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bagaimana Menanamkan Revolusi Mental melalui Keluarga?

4 September 2015   00:17 Diperbarui: 4 September 2015   00:45 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kami Aparatur Sipil Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, bertekad, melaksanakan dan mensukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental dengan menjunjung tinggi nilai-nilai, etos kerja, dan gotong royong untuk mewujudkan Indonesia berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.."

Begitulah bunyi “Tekad Revolusi Mental” yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani pada upacara Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental di Jakarta, Senin (24/08/2015).

Dalam sambutannya, Puan menyebut nama kakeknya, sekaligus Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. "Pada waktu itu, Bung Karno mengatakan bahwa ini gerakan jangka panjang, di mana kita dapat melahirkan manusia-manusia baru yang ada etos kerjanya. Bukan hanya menjadi jargon," ujar Puan sebagaimana dikutip Liputan 6.

Revolusi mental yang dicetuskan Bung Karno berupa perombakan cara berpikir, cara kerja/berjuang, dan cara hidup agar selaras dengan semangat kemajuan dan tuntutan revolusi nasional. Revolusi mental mempunyai dua tujuan utama: pertama, menanamkan rasa percaya diri pada diri sendiri dan kemampuan sendiri; dan kedua, menanamkan optimisme dengan daya kreatif di kalangan rakyat dalam menghadapi rintangan dan kesulitan-kesulitan bermasyarakat dan bernegara.

Revolusi mental tentu tidak akan terlaksana jika hanya sebatas retorika atau seruan moral belaka. . Menyadari hal tersebut, pemerintahan Soekarno mencanangkan sejumlah program, seperti: hidup sederhana, gerakan kebersihan/kesehatan, gerakan pemberantasan buta-huruf, gerakan memassalkan gotong-royong, gerakan mendisiplikan dan mengefisienkan perusahaan dan jawatan negara, gerakan pembangunan rohani melalalui kegiatan keagamaan, dan penguatan kewaspadaan nasional.

Program gerakan hidup sederhana bukan hanya melulu soal gaya hidup sederhana dan hidup hemat, tetapi juga upaya menghentikan impor barang-barang kebutuhan hidup dari luar negeri, penghargaan terhadap produksi nasional, dan membangkitkan kesadaran berproduksi, seperti dikutip Berdikari Online.

Revolusi Mental ala Jokowi

Lantas bagaimana dengan Revolusi Mental di era pemerintahan Jokowi? Menurut Jokowi, revolusi mental dapat diartikan sebagai keharusan warga Indonesia untuk mengenal karakter orisinal bangsa.

Karakter asli bangsa Indonesia adalah sikap santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Karakter ini merupakan modal penting yang seharusnya dapat mendorong rakyat untuk hidup sejahtera.

Perubahan karakter bangsa menjadi akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu terjadi selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa.

"Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi, seperti yang dirangkum oleh Kompas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun