Mohon tunggu...
Iswandari
Iswandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Guru, penulis

Penyuka buku, puisi, perindu islam kaffah, dakwah dan jannah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pajak Menukik, Rakyat kian Tercekik

13 Januari 2025   15:23 Diperbarui: 13 Januari 2025   15:23 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Wacana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai 12% memicu massa dari berbagai elemen masyarakat untuk melakukan aksi damai menolak hal tersebut. Aksi tersebut terjadi di seberang gedung Istana Merdeka, Kamis, 19 Desember 2024.( Kompas.com)

Untuk meredam hal ini, pemerintah meyakinkan bahwa kenaikan PPN 12% hanya untuk barang mewah. Namun fakta di lapangan berkata sebaliknya. Barang - barang lain di lapangan mulai mengalami kenaikan harga. Hal ini dikarenakan ketidakjelasan pemerintah tentang wacana kenaikan PPN 12% meliputi barang apa saja. Dan koreksi pemerintah tak bisa merubah kondisi tersebut.

Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah dampak penerapan ekonomi kapitalis, yang menyebabkan negara memasukkan pajak sebagai salah satu pendapatan utama negara. Padahal Indonesia sendiri adalah negara kaya, dengan sumber daya alam melimpah ruah, barang tambang bergelimang yang jika dikelola dengan baik sudah bisa memenuhi kebutuhan rakyat baik di bidang kesehatan maupun pendidikan.
Berdalih kenaikan PPN ini hanya untuk barang - barang mewah, dan akan mengembalikan ke rakyat dalam berbagai bentuk subsidi dan bantuan, negara sebenarnya berusaha cuci tangan atas keabaian mereka terhadap kebutuhan warga negaranya.
Padahal sudah sepatutnya negara meriayah rakyat, menjamin segala kebutuhan baik primer maupun sekunder. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya mendapat kesejahteraan sebagaimana yang diatur oleh islam itu sendiri. Dalam islam, pemimpin adalah raain yang berkewajiban mengelola kekayaan negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat, bukan sebaliknya mencekik rakyat dengan pajak tinggi dan menimbulkan penderitaan. Dalam islam, pajak bukanlah pemasukan utama negara tetapi pajak hanya diambil ketika baitul mal negara benar dalam kondisi kritis dan kosong. Sungguh, pertanggungjawaban seorang pemimpin sangatlah berat dihadapan Allaah karena terkait urusan dan kehidupan umat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun