[caption id="attachment_134063" align="aligncenter" width="567" caption="Foto: Matanews.com"][/caption] Pernahkah Anda mengendarai mobil melewati tol Lingkar Luar Barat dari arah Bandara Soekarno Hatta? Jika belum pernah Anda benar-benar perlu membaca artikel ini. Pengalaman saya mengatakan perlu kehati-hatian yang lebih jika Anda ingin melewati tol yang bisa mengantarkan saya ke rumah lebih cepat sekitar 30 menit dari jalur tol lainnya. Kebetulan saya tinggal di Kawasan Karang Tengah, Ciledug, Tangerang. Beberapa kali saya pulang dari Bandara Soekarno Hatta lewat tol lingkar luar barat, beberapa kali pula saya nyasar dan beberapa kali pula saya sukses. Anehnya... ketika saya berangkat ke bandara melalui jalur yang sama, tak pernah ada masalah. Tak pernah ada kata NYASAR...!!! Pertama kali saya mengetahui bahwa ada jalur alternatif lebih cepat dari Bandara ke arah sekitar Kembangan, Kebon Jeruk, Serpong, dan Tangerang adalah dari sopir taxi yang menawarkan jalur ini. Karena naik taxi saya jarang terlalu memperhatikan jalur mana yang diambil sopir. Yang penting saya rasakan taxi menuju ke arah yang benar. Sial pertama kali saya rasakan adalah ketika suatu waktu saya diminta menjemput calon pengantin beserta calon besan dari Pontianak. Karena sebelumnya pernah punya pengalaman lewat tol lingkar luar barat ketika naik taxi, saya yakin jika saya nyetir sendiri, saya pasti tahulah jalur yang sangat menghemat waktu itu. Toh rambu-rambu tol biasanya buat saya cukup jelas. Pintu tol terdekat, atau tujuan terdekat biasanya ditulis paling atas pada rambu petunjuk jalan. Pintu atau tujuan berikutnya akan ditulis di bawahnya. Itulah penulisan petunjuk jalan standar yang saya pahami tersedia di jalan tol manapun. Dengan pede saya pun pulang dari bandara membawa sang calon mempelai bersama calon besan. Keluar bandara saya siap-siap mencari tulisan “Lingkar Luar Barat”. Saya yakin pasti ada. Hmmm... satu petunjuk jalan terlewati, tak ada tulisan “Lingkar Luar Barat”, yang ada hanya Pluit, Kapuk, dan satu lagi yang saya tidak hafal. Saya pun melaju di jalur tengah sambil terus mencari tulisan yang dimaksud dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba saya melihat apa yang saya cari di sebelah kiri. Tapi apa daya petunjuk jalan itu pas berada di sekitar tembok pembatas antara jalur bawah dan jalur atas tol bandara. Walhasil sayapun tak mungkin lagi mengambil jalur kiri karena sudah terhalang tembok pembatas. SIAL... Sial kedua saya alami ketika menjemput istri saya pulang dari Hongkong. Saat itu saya yakin saya tidak akan sial lagi, pokoknya saya akan langsung ambil jalur kiri walaupun tidak ada tulisan Lingkar Luar Barat. Siippp... ternyata memang benar sayapun berhasil jalan di jalur tol atas. Tapi lagi-lagi tulisan Lingkar Luar Barat tidak tampak lagi di petunjuk jalan berikutnya, yang ada hanya tulisan Pluit dkk. Saya pikir sama seperti sebelumnya, Lingkar Luar Barat terlupakan walau jalurnya sama. Tapi... BUSYET... ternyata pintu tol itu adalah benar-benar pintu tol keluar ke daerah PLUIT. Usut punya usut ternyata pintu tol yang seharusnya saya lewati berada beberapa meter saja setelah pintu tol Pluit tersebut. Lagi-lagi SIAL... Hmmm... pengalaman tersebut memancing saya untuk mencari tahu kenapa petunjuk jalan di tol tersebut sangat tidak sinkron. Seolah tidak terkoordinasi dengan baik. Dugaan saya, karena jalur lingkar luar atau sering disebut Jakarta Outer Ring Road (JORR) yang satu ini tergolong baru. Manajemen yang buruk tidak mengupdate petunjuk jalan yang sudah ada sebelumnya tanpa tulisan “Lingkar Luar Barat”. Walhasil nama tol baru itupun timbul tenggelam. Kadang tetera pada petunjuk baru dan kadang menghilang pada petunjuk lama yang out of date. Penasaran, saya pun Googling. Hasilnya... benar dugaan saya, ternyata ruas JORR dan tol bandara dikelola oleh perusahaan yang berbeda. Tol Lingkar Luar Barat yang berdampingan denga tol Prof. Dr. Sedyatmo dikelola oleh PT Jakarta Lingkar Barat 1. Sementara tol Prof. Dr, Sedyatmo murni dikelola oleh PT Jasa Marga. Pengelolaan yang berbeda inilah penyebab utama tidak sinkronnya penyediaan petunjuk jalan. Konsumen Dirugikan Kenyataan ini sepertinya hanya masalah sepele. Tapi jika Anda berada pada situasi yang benar-benar dikejar waktu seperti saya saat itu, Anda akan merasa benar-benar dirugikan. Akibat yang ditimbulkan oleh koordinasi yang buruk di antara perusahaan jalan tol ini bisa membuat waktu anda terbuang sangat banyak. Padahal tujuan utama pengguna jalan memilih fasilitas jalan tol adalah untuk menghemat waktu. Uang yang harus kita bayar di pintu tol bukan untuk bertamasya keliling jalanan. Dengan tarif tol yang dirasakan masyarakat cukup mahal, Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan jalan tol SEHARUSNYA bisa memuaskan konsumen. Kenyataan yang ada sekarang, tol tinggalah nama saja. Kemacetan masih terjadi di mana-mana, jumlah kecelakaan masih tinggi, petunjuk jalan yang kurang jelas dan tidak standar, belum lagi tidak jelasnya batas antara jalan biasa dengan jalan tol yang sering membuat bingung pengguna jalan seperti seringnya sepeda motor yang nyasar masuk jalan tol Kebon Jeruk dari arah Tomang akibat petunjuk jalan yang entah disengaja atau tidak dibuat sangat kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H