Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Isvandia
Muhammad Yusuf Isvandia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030117 Ilmu Komunikasi

kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gunung Bismo: Melangkah Bersama Badai

19 Juni 2024   14:02 Diperbarui: 21 Juni 2024   22:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%2Fjatengkita.id%2Fgunung-bismo-wonosobo-cantik-ramah-untuk-pendaki-pemula%2F&psig

Salah satu gunung yang masih berada di kawasan Dieng ini menawarkan pesona sunrise yang tak kalah dengan gunung prau. Gunung Bismo, mungkin namanya tak cukup terkenal seperti gunung yang berada di kawasan yang sama, seperti gunung sindoro, gunung sumbing, gunung prau dan lain sebagainya.

Gunung Bismo berada di perbatasan Desa Campursari dengan Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten  Wonosobo. Memiliki ketinggian sekitar 2.365 meter diatas permukaan laut (mdpl). Memiliki jalur pendakian yang terbilang cukup ringan dan pemandangan yang eksotis.

Mempunyai beberapa jalur pendakian yang masing-masing memiliki tantangan dan pesonanya tersendiri yaitu Basecamp via Sikunang, via Silandak, dan via Deroduwur. Dari ketiga jalur tersebut via sikunang lah yang paling populer dan menjadi jalur pendakian saya kali ini, untuk cerita lebih lanjutnya mari simak artikel berikut ini.
Pendakian kali ini saya mengajak dua kawan bernama Tegar dan Galang. Perjalanan dimulai dari rumah pada jam 11 siang, sebelumnya kami menyempatkan untuk belanja logistik terlebih dahulu untuk perlengkapan selama mendaki. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 3 jam dari Batang untuk sampai di Basecamp Sikunang.

Sesampainya di basecamp kami segera mengurus simaksi dan menata ulang carier. Namun selesainya kami mengurus simaksi dan menata carier, tiba-tiba hujan turun dengan deras terpaksa kami mengundur jadwal pendakian menunggu hujan reda. Sudah hampir 2 jam hujan tak kunjung mereda sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, terpaksa kami menerabas hujan yang saat itu sudah tak terlalu deras seperti diawal. Menurut pihak basecamp hanya rombongan kami yang mendaki hari itu.
Oiya untuk pendakian gunung bismo via sikunang ini pihak basecamp menyediakan layanan ojek dari basecamp sampai ke pos 2, untuk tarifnya yaitu Rp 25.000 per orang cukup murah dan efektif untuk menyingkat waktu dan tenaga.

Pendakian kami mulai pada jam 5 sore dengan kondisi hujan yang tak cukup reda, salah satu dari kami naik menggunakan ojek dan bertemu di pos 2. Sebelumnya pihak basecamp sempat memberi saran untuk menginap saja di basecamp lalu mulai mendaki dini hari karena perkiraan akan ada badai saat malam, namun kami mengabaikan saran itu dan tetap lanjut untuk naik sore itu dan berkemah diatas.

Perjalanan dari basecamp sampai ke pos 2 membutuhkan waktu kurang lebih satu jam karena trek yang licin disertai dengan hujan yang tak kunjung reda. Sepanjang perjalanan sampai pos 2 kami melewati pemukiman dan perkebunan milik warga.

Sampai di pos 2 ternyata Tegar sudah menunggu cukup lama, karena ia naik ojek jadi cepat sampai di pos 2. Hujan mereda dan kami melepas jaz hujan untuk setelahnya melanjutkan perjalanan. Baru saja berjalan sekitar 20 menit, tanpa aba-aba hujan turun sangat deras waktu itu sudah dekat dengan pos 3. Kami terdiam cukup lama sembari menggunakan jaz hujan, bimbang mau dilanjutkan atau turun saja dan mengikuti saran dari pihak basecamp. Namun Galang bersikeras untuk tetap lanjut menurutnya hujan akan reda sebentar lagi.

Setelah berunding akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan pendakian walaupun hujan masih saja menemani namun untungnya sudah tak sederas tadi. Benar saja kata Galang perihal hujan akan reda entah kebetulan atau sudah ia prediksi hujan kembali reda setelah melewati pos 3.

Namun jalan yang licin ditambah trek yang kadang menukik tetap menghambat perjalanan. Hari sudah gelap saat kami melewati jalur yang hanya sepetak sedangkan kanan kirinya jurang. Hujan kembali datang saat kami melewati punggungan itu, bergegas kami mencari lahan untuk mendirikan tenda walau belum sampai di camp area. Beruntung kami menemukan lahan yang cukup untuk satu tenda tertutup oleh pohon dan alang-alang, tanpa berlama-lama kami segera mendirikan tenda sebelum hujan kembali deras.

Semakin malam hujan juga semakin deras disertai angin yang kencang dan petir, tenda kami pun sempat kemasukan air karena lupa membuat parit disekeliling tenda, alhasil kami keluar tenda untuk membuat parit. Tidur pun kami bergantian, jaga-jaga jika air masuk lagi ke tenda. Ternyata perkiraan pihak basecamp benar, badai datang malam ini sungguh kencang membuat kami tak tenang didalam tenda, namun perlahan kami terlelap hingga pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun