Setiap perilaku mencerminkan upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam konteks pendidikan, penting untuk memahami dan mendukung pemenuhan kebutuhan dasar siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan produktif.
A.3. Tahap tumbuh kembang anak - Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara memandang proses belajar haruslah sesuai dengan tahap perkembangan anak. Ia membagi periode usia anak ke dalam 3 tingkatan jiwa tiap 8 tahun.Â
Pada usia 0-8 tahun (Wiraga), fokus pada pertumbuhan jasmani dan indera serta memberi akses untuk mengeksplorasi dunia mereka.Â
Di usia 9-16 tahun (Wiraga-Wirama), pendidikan menyesuaikan perkembangan pikiran dengan membimbing proses berpikir dan perilaku anak.Â
Pada usia 17-24 tahun (Wirama), anak didorong untuk mengelola diri dan mengenali potensi, mempersiapkan diri untuk masa depan yang seirama dengan masyarakat dan lingkungan.
A.3.2. Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson
Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menyoroti 6 tahapan perkembangan pada periode usia 0-40 tahun.Â
Tahap awal, anak membangun rasa percaya dari kasih sayang orang tua. Di usia dini, mereka kembangkan kontrol diri dan kemandirian.Â
Pada tahap berikutnya, anak mulai mengeksplorasi tujuan hidup dan perlu didukung untuk mengambil inisiatif. Usia anak sekolah ditandai dengan pengembangan rasa kompeten dari pencapaian.Â
Saat remaja, mereka mencari identitas diri dan butuh bimbingan untuk stabil. Di dewasa muda, hubungan pribadi dan cinta mulai dijelajahi, namun kurangnya dukungan sosial dapat menyebabkan isolasi.