Dalam ranah pendidikan yang dinamis, refleksi diri melalui coaching menjadi kunci sukses untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan menjaga kesehatan mental. Seperti cermin yang memantulkan identitas, refleksi diri membuka pintu pemahaman terhadap pencapaian dan area perbaikan.Â
Artikel ini adalah jawaban atas tugas saya di program pendidikan guru penggerak, ijin berbagi, ya. Artikel ini juga mengajak Anda mengelami perjalanan refleksi dalam dunia coaching pendidikan, di mana keterampilan komunikasi dua arah berkembang, ide disampaikan secara efektif, dan kesehatan mental menjadi prioritas. Mari kita bersama-sama menjelajahi jalur refleksi, menciptakan kehadiran penuh dalam coaching, dan merintis pengalaman belajar yang lebih dalam dan bermakna.
Refleksi Diri
Apa yang sudah berjalan dengan baik selama percakapan?
Apa yang masih perlu diperbaiki/ditingkatkan?
Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk tetap dalam kondisi presence (kehadiran penuh) sebelum dan saat melakukan coaching?
Apa yang akan Bapak/Ibu lakukan untuk memperbaiki/meningkatkannya?
Tuliskan Hasil Refleksi Anda:
1.Selama diskusi, beberapa aspek yang sudah berjalan dengan baik melibatkan pemahaman konsep coaching dalam pendidikan, keterampilan komunikasi dua arah yang sudah berkembang dan menyenangkan, dan kemampuan menyampaikan ide secara efektif kepada guru dan individu lainnya, tidak ada penghakiman atau justifikasi, kita berhasil menahan diri untuk tidak menceritakan pengalaman dan memberikan solusi.
2.Meskipun demikian, terdapat aspek-aspek yang memerlukan perbaikan. Beberapa keterbatasan dalam menahan diri untuk tidak ikutan curhat atau memberikan solusi seperti yang pernah kita lakukan, dan menceritakan pengalaman sendiri. Selain itu, coach harus menguasai konsep dan menyiapkan daptar pertanyaan apa saja yang termasuk alur TIRTA dan akan ditanyakan kepada coachee.
3.Untuk tetap hadir sebelum dan saat coaching, akan dijaga kesehatan mental dan fisik agar bisa fokus, membatasi diri dari hal yang akan mengganggu fokus dan konsentrasi. mempersiapkan daptar pertanyaan, serta mengatur waktu dengan baik. Sebagai coach kita harus fokus dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh coachee.
4.Melihat kembali contoh dialog coaching dari video yang ada di LMS.
Membuat catatan daptar pertanyaan sesuai alur TIRTA yang akan diberikan kepada coachee. Â
Tuliskan Umpan Balik dari Coachee Anda:
Pertanyaan untuk coachee: Apa yang Anda rasakan pada saat dicoaching?
Saat di-coaching dan saya berperan sebagai coachee, saya merasa canggung, kaku, Â dan bingung karena harus memikirkan jawaban dan mencari solusi atas permasalahan yang sedang saya hadapi. Padahal, saya biasanya kalau ngobrol sesi curhat, orang yang diajak ngobrol akan memberikan solusi berdasarkan pengalamannya. Tapi, saat coaching ini pembicaraan terlihat berjalan satu arah, coach sebagai pemberi pertanyaan, dan coachee bertugas menjawab pertanyaan.
Pembahasan
Percakapan yang dilalui selama sesi coaching dapat menjadi cerminan penting bagi pengembangan diri. Dalam konteks pendidikan, pemahaman konsep coaching menjadi kunci utama untuk mengevaluasi apa yang sudah berjalan dengan baik. Keterampilan komunikasi dua arah yang berkembang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan produktif.
Salah satu hal yang perlu diapresiasi adalah kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif kepada guru dan individu lainnya. Hal ini menjadi landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam lingkungan pendidikan. Namun, refleksi diri juga mengajarkan kita untuk selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan diri.
Dalam perjalanan refleksi diri, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, adalah pentingnya menghapus penghakiman atau justifikasi dalam menahan diri. Ini bukan hanya tentang tidak menghakimi orang lain, tetapi juga tentang tidak menghakimi diri sendiri. Ketika kita mampu melihat dengan objektif, refleksi diri menjadi lebih bermakna.
Selain itu, perlu diatasi keterbatasan dalam menahan diri untuk tidak terjebak dalam memberikan solusi seperti yang mungkin kita lakukan dalam obrolan sehari-hari. Coaching membutuhkan pendekatan yang berbeda, lebih fokus pada pertanyaan daripada solusi langsung. Menguasai konsep dan menyiapkan daftar pertanyaan yang mengikuti alur TIRTA dapat membantu mengarahkan proses coaching dengan lebih efektif.
Namun, tidak selalu mudah untuk tetap dalam kondisi presence saat melakukan coaching. Ada tantangan untuk tetap fokus dan tidak terpengaruh oleh distraksi eksternal maupun internal. Bagaimana kita menghadapi tantangan ini juga menjadi bagian dari refleksi diri.
Pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik muncul sebagai strategi utama dalam mempertahankan kehadiran penuh. Mengajarkan kesehatan mental dan fisik kepada diri sendiri dan kepada coachee menjadi langkah awal yang sangat penting. Selain itu, membatasi diri dari hal-hal yang dapat mengganggu fokus dan konsentrasi juga merupakan bagian integral dari persiapan sebelum sesi coaching dimulai.
Mempersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya juga membantu dalam menjaga kehadiran penuh. Hal ini mencakup merinci pertanyaan yang sesuai dengan alur TIRTA, sehingga proses coaching dapat berjalan dengan lancar dan terfokus. Pengaturan waktu dengan baik juga menjadi keterampilan yang tidak boleh diabaikan, mengingat waktu yang efisien mendukung keberhasilan sesi coaching.
Namun, refleksi diri tidak berhenti setelah sesi coaching selesai. Ada kebutuhan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan diri. Melihat kembali contoh dialog coaching dari video yang ada di LMS dapat menjadi cara yang efektif untuk mengevaluasi kembali kinerja dan mencari area perbaikan.
Selain itu, membuat catatan daftar pertanyaan sesuai alur TIRTA juga dapat membantu dalam persiapan untuk sesi coaching berikutnya. Hal ini membuka ruang bagi perbaikan berkelanjutan dan memastikan bahwa setiap sesi memberikan nilai tambah yang maksimal.
Umpan balik dari coachee juga menjadi bagian integral dari refleksi diri. Mendengarkan dengan seksama pada apa yang coachee rasakan selama sesi coaching dapat memberikan wawasan berharga. Pertanyaan sederhana seperti, "Apa yang Anda rasakan pada saat di-coaching?" dapat membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman coachee.
Pengalaman coachee yang merasa canggung, kaku, dan bingung memberikan perspektif berharga tentang bagaimana coaching dirasakan dari sudut pandang coachee. Ini dapat menjadi titik awal untuk merancang pendekatan coaching yang lebih inklusif dan mendukung.
Saat coachee merasa pembicaraan berjalan satu arah, dengan coach sebagai pemberi pertanyaan dan coachee sebagai penerima, itu menunjukkan adanya area perbaikan dalam membangun dialog yang lebih terbuka dan saling mendukung. Dalam refleksi diri ini, coach dapat mengidentifikasi cara untuk lebih menggali pemikiran coachee dan membangun interaksi yang lebih kolaboratif.
Dengan demikian, refleksi diri dalam konteks coaching pendidikan adalah perjalanan yang kontinu. Dari mengenali kelebihan yang sudah ada hingga mengevaluasi area perbaikan, setiap langkah membawa kita lebih dekat ke versi diri yang lebih baik. Itulah kekuatan refleksi diri, membimbing kita untuk terus tumbuh dan berkembang dalam peran sebagai coach yang efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H