Pembahasan
Percakapan yang dilalui selama sesi coaching dapat menjadi cerminan penting bagi pengembangan diri. Dalam konteks pendidikan, pemahaman konsep coaching menjadi kunci utama untuk mengevaluasi apa yang sudah berjalan dengan baik. Keterampilan komunikasi dua arah yang berkembang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan produktif.
Salah satu hal yang perlu diapresiasi adalah kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif kepada guru dan individu lainnya. Hal ini menjadi landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam lingkungan pendidikan. Namun, refleksi diri juga mengajarkan kita untuk selalu berupaya memperbaiki dan meningkatkan diri.
Dalam perjalanan refleksi diri, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, adalah pentingnya menghapus penghakiman atau justifikasi dalam menahan diri. Ini bukan hanya tentang tidak menghakimi orang lain, tetapi juga tentang tidak menghakimi diri sendiri. Ketika kita mampu melihat dengan objektif, refleksi diri menjadi lebih bermakna.
Selain itu, perlu diatasi keterbatasan dalam menahan diri untuk tidak terjebak dalam memberikan solusi seperti yang mungkin kita lakukan dalam obrolan sehari-hari. Coaching membutuhkan pendekatan yang berbeda, lebih fokus pada pertanyaan daripada solusi langsung. Menguasai konsep dan menyiapkan daftar pertanyaan yang mengikuti alur TIRTA dapat membantu mengarahkan proses coaching dengan lebih efektif.
Namun, tidak selalu mudah untuk tetap dalam kondisi presence saat melakukan coaching. Ada tantangan untuk tetap fokus dan tidak terpengaruh oleh distraksi eksternal maupun internal. Bagaimana kita menghadapi tantangan ini juga menjadi bagian dari refleksi diri.
Pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik muncul sebagai strategi utama dalam mempertahankan kehadiran penuh. Mengajarkan kesehatan mental dan fisik kepada diri sendiri dan kepada coachee menjadi langkah awal yang sangat penting. Selain itu, membatasi diri dari hal-hal yang dapat mengganggu fokus dan konsentrasi juga merupakan bagian integral dari persiapan sebelum sesi coaching dimulai.
Mempersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya juga membantu dalam menjaga kehadiran penuh. Hal ini mencakup merinci pertanyaan yang sesuai dengan alur TIRTA, sehingga proses coaching dapat berjalan dengan lancar dan terfokus. Pengaturan waktu dengan baik juga menjadi keterampilan yang tidak boleh diabaikan, mengingat waktu yang efisien mendukung keberhasilan sesi coaching.
Namun, refleksi diri tidak berhenti setelah sesi coaching selesai. Ada kebutuhan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan diri. Melihat kembali contoh dialog coaching dari video yang ada di LMS dapat menjadi cara yang efektif untuk mengevaluasi kembali kinerja dan mencari area perbaikan.
Selain itu, membuat catatan daftar pertanyaan sesuai alur TIRTA juga dapat membantu dalam persiapan untuk sesi coaching berikutnya. Hal ini membuka ruang bagi perbaikan berkelanjutan dan memastikan bahwa setiap sesi memberikan nilai tambah yang maksimal.
Umpan balik dari coachee juga menjadi bagian integral dari refleksi diri. Mendengarkan dengan seksama pada apa yang coachee rasakan selama sesi coaching dapat memberikan wawasan berharga. Pertanyaan sederhana seperti, "Apa yang Anda rasakan pada saat di-coaching?" dapat membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman coachee.
Pengalaman coachee yang merasa canggung, kaku, dan bingung memberikan perspektif berharga tentang bagaimana coaching dirasakan dari sudut pandang coachee. Ini dapat menjadi titik awal untuk merancang pendekatan coaching yang lebih inklusif dan mendukung.