Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dari Kelas ke Kebun: Inspirasi tentang Career Switch dari Guru Honorer ke Petani Cabai Rawit

9 Juli 2023   22:39 Diperbarui: 9 Juli 2023   23:06 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Career switch dari guru honorer menjadi petani cabai rawit (Sripoku.com-Tribun)

Ahmad, seorang guru honorer yang telah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan selama bertahun-tahun. Tiba-tiba ia merasa karirnya sebagai pendidik tak lagi memenuhi kepuasan yang ia idamkan. Setelah berpikir dan mempertimbangkan secara matang, Ahmad dengan berani mengambil keputusan tak terduga: banting setir menjadi seorang petani cabai rawit.

By the way, perpindahan karir ini dipicu oleh ketertarikan Ahmad yang mendalam terhadap dunia pertanian. Kehadiran di tengah-tengah tanaman dan memandangi tumbuh kembangnya selalu membuat hatinya berbunga-bunga. Di samping itu, ia menyadari bahwa permintaan akan cabai rawit tinggi, dan peluang bisnis di sektor ini sangat menjanjikan.

Tetapi Ahmad juga menyadari bahwa ada beberapa tantangan yang akan ia hadapi saat beralih profesi menjadi petani. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam pertanian menjadi salah satu masalahnya. Sebagai seorang guru, ia tak memiliki latar belakang kuat dalam praktik pertanian. Untuk itu, Ahmad bersiap diri belajar dan mengasah keterampilan baru guna menghadapi tantangan tersebut.

Sebagai petani, Ahmad juga harus menghadapi risiko seperti cuaca yang tak menentu, serangan hama, dan fluktuasi harga di pasar. Namun, dengan tekad yang kuat dan kerja keras, Ahmad yakin bahwa segala hambatan dapat dia atasi.

Dengan semangat yang tinggi, Ahmad memulai petualangannya dengan mendalami pengetahuan tentang budidaya cabai rawit. Dia membaca buku, mengikuti pelatihan, dan berdiskusi dengan petani berpengalaman. Selain itu, dia menjalin kerjasama dengan petani lokal untuk memperoleh pengetahuan praktis dan dukungan dalam mengembangkan usahanya.

Berkat ketekunan dan semangat yang ia tanamkan, Ahmad berhasil mengubah haluan setelah bertahun-tahun menjadi guru. Ia menanam cabai rawit dengan penuh perhatian, memastikan kualitas tanaman terjaga, serta menjaga kebersihan dan kestabilan lingkungan pertaniannya. Hasil kerja keras Ahmad tak sia-sia, karena panen pertama cabai rawit menghasilkan hasil yang memuaskan.

Bersama berjalannya waktu, usaha pertanian Ahmad semakin berkembang pesat. Ia berhasil membangun jaringan distribusi yang luas, menjalin hubungan dengan pengepul dan pedagang, serta memperluas areal pertaniannya. Keberanian Ahmad dalam banting setir dari guru honorer menjadi petani cabai rawit akhirnya membawanya meraih kesuksesan yang ia dambakan.

Tantangan dalam melakukan career switch

Ketika seseorang memutuskan untuk banting setir dan melakukan perubahan karir, berbagai tantangan akan dihadapi dalam proses tersebut. Ahmad, yang berpindah dari menjadi guru honorer menjadi petani cabai rawit, juga menghadapi tantangan yang harus diatasi.

Salah satu tantangan utama adalah ketidakpastian keuangan dan penyesuaian hidup. Mardika, S. W., & Arsyad, A. N. (2021) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Kesiapan Pemuda dalam Melakukan Career Switching pada Perusahaan Batik di Yogyakarta. Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, menjelaskan secara rinci bahwa, ketika seseorang beralih ke karir baru, terutama jika itu melibatkan perubahan sektor yang berbeda, pendapatan mereka mungkin tidak stabil selama fase transisi. 

Hal ini dapat menjadi beban finansial yang signifikan dan memerlukan perencanaan keuangan yang cermat. Selain itu, perubahan karir juga sering kali memerlukan penyesuaian gaya hidup, baik dalam hal rutinitas kerja maupun lingkungan sosial, yang dapat menimbulkan tantangan emosional dan psikologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun