Dalam akun instagram info pemilu 2024 tempo.co membagikan opini tentang Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, menyatakan dugaannya yang mendalam tentang alasan mengapa Presiden Joko Widodo, atau yang lebih akrab disapa Jokowi, lebih cenderung memberikan dukungannya kepada Prabowo Subianto daripada Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024. Dugaan ini didasarkan pada adanya kemungkinan kontrak politik antara Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, dengan PDIP.
Melalui berbagai kesempatan, Jokowi terlihat sering kali bertemu langsung dengan Prabowo Subianto, baik dalam pertemuan resmi maupun dalam acara informal. Fakta ini menjadi bukti yang jelas bahwa hubungan antara keduanya semakin erat. Namun, situasi ini masih menimbulkan keraguan dan pertanyaan bagi banyak pihak.
Prabowo mitra politik yang setia
Menurut Ujang Komarudin, secara psikologis, Jokowi memiliki keinginan untuk memiliki sosok presiden yang dapat mempertahankan kepentingan dan loyalitasnya setelah masa jabatannya berakhir. Dalam hal ini, Prabowo Subianto terlihat lebih mampu memenuhi harapan-harapan tersebut. Sebagai seorang tokoh politik yang berpengalaman dan memiliki dukungan massa yang kuat, Prabowo dapat menjadi mitra politik yang setia bagi Jokowi setelah meninggalkan jabatan presiden.
Namun, alasan utama yang dikemukakan oleh Ujang adalah adanya dugaan adanya kontrak politik antara Ganjar Pranowo dan PDIP. Ganjar Pranowo dikenal sebagai politikus yang berada di lingkungan PDIP dan memiliki hubungan yang erat dengan partai tersebut. Jika Ganjar terpilih menjadi presiden, Ujang yakin bahwa ia akan patuh dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh PDIP.
Dalam konteks ini, Jokowi mungkin melihat dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai langkah strategis untuk menjaga kestabilan partainya, yaitu PDIP. Dengan mendukung Prabowo, Jokowi menghindari situasi di mana Ganjar menjadi presiden dan terikat dengan PDIP melalui kontrak politik, yang berpotensi mempengaruhi dinamika politik dan kebijakan nasional.
Meskipun dugaan ini menarik perhatian banyak orang, belum ada bukti konkret tentang adanya kontrak politik antara Ganjar Pranowo dan PDIP. Namun, pernyataan Ujang Komarudin memicu perdebatan dan spekulasi di kalangan pengamat politik.
Jokowi dan Prabowo terlihat akrab
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi dan Prabowo terlihat akrab dan sering bertemu secara langsung. Pertemuan-pertemuan ini mengundang berbagai spekulasi dan tafsiran dari masyarakat. Beberapa pihak menganggap bahwa pertemuan tersebut menunjukkan adanya kesepakatan politik di antara keduanya, sedangkan yang lain menganggapnya sebagai sekadar dialog dan koordinasi politik yang biasa terjadi antara tokoh-tokoh politik.
Menurut Ujang Komarudin, alasan Jokowi lebih cenderung mendukung Prabowo Subianto adalah karena Prabowo dianggap lebih dapat mempertahankan kepentingan dan loyalitas Jokowi setelah masa jabatannya sebagai presiden berakhir. Prabowo, sebagai tokoh politik yang telah lama berada di panggung politik nasional, memiliki pengalaman dan basis massa yang kuat. Hal ini membuatnya menjadi mitra politik yang potensial bagi Jokowi untuk melanjutkan agenda dan kebijakan yang telah dicanangkan.
Namun, faktor yang mendasari dugaan Ujang Komarudin adalah adanya kontrak politik antara Ganjar Pranowo dan PDIP. Ganjar Pranowo, sebagai Gubernur Jawa Tengah, memiliki hubungan yang erat dengan PDIP dan dianggap sebagai politikus yang setia pada partai tersebut. Dalam konteks ini, Ujang meyakini bahwa jika Ganjar terpilih menjadi presiden, ia akan patuh dan melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh PDIP.
Bagi Jokowi, menjaga stabilitas dan kekuatan PDIP merupakan hal yang penting dalam merencanakan masa depan politiknya. Dukungan kepada Prabowo Subianto dapat dianggap sebagai strategi untuk meminimalisir pengaruh kontrak politik antara Ganjar dan PDIP. Dengan Prabowo sebagai mitra politik yang potensial, Jokowi mungkin lebih yakin bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil pasca-Jokowi akan tetap sejalan dengan visi dan arah yang diinginkan olehnya.