Kemajuan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses informasi telah memberikan dampak yang signifikan pada industri literasi dan buku di Indonesia. Saat ini, kita menghadapi fenomena yang mengkhawatirkan di mana banyak toko buku tradisional mengalami kesulitan ekonomi dan terpaksa menutup usahanya.Â
Dalam artikel ini, saya akan membahas dampak mengerikan yang akan terjadi pada nasib literasi bangsa kita akibat dari situasi ini. Siti Nur Afifah dan Ida Rosnidah dalam jurnal komunikasinya yang berjudul "Dampak Teknologi Terhadap Industri Buku: Perspektif Global dan Lokal" menjelaskan beberapa dampak dari tutupnya toko buku akhir-akhir ini.
Hilangnya Akses Fisik ke Buku
Salah satu dampak terbesar dari banyaknya toko buku yang tutup, amat membuat saya khawatir adalah hilangnya akses fisik ke buku. Toko buku telah menjadi tempat penting dalam memfasilitasi literasi dan perkembangan minat baca masyarakat. Melalui toko buku, kita dapat dengan mudah menemukan berbagai judul buku, baik fiksi maupun nonfiksi, serta memiliki kesempatan untuk melihat dan menyentuh buku-buku tersebut sebelum membelinya.
Dengan banyaknya toko buku yang tutup, masyarakat akan menghadapi kesulitan dalam menemukan buku-buku yang mereka inginkan secara langsung. Hal ini akan berdampak pada penurunan minat baca dan keterbatasan akses terhadap beragam pengetahuan dan informasi yang dapat diperoleh melalui buku.
Meningkatnya Dominasi Pasar E-Book
Seiring berkurangnya toko buku fisik, perkembangan teknologi telah mendorong munculnya platform-platform digital, termasuk e-book. E-book telah menjadi alternatif populer dalam membaca buku, terutama di era digital ini. Namun, keberadaan e-book juga membawa dampak negatif.
Meningkatnya dominasi pasar e-book dapat mempengaruhi minat baca masyarakat terhadap buku fisik. E-book memiliki keunggulan dalam hal kemudahan akses, ketersediaan, dan harga yang lebih terjangkau. Namun, buku fisik memiliki nilai tambah yang tidak dapat ditandingi oleh e-book, seperti pengalaman fisik saat memegang buku, keindahan desain sampul, dan kesan yang mendalam saat mengoleksi dan menyimpan buku di rak.
Hilangnya Ruang untuk Berinteraksi dan Berbagi Pengetahuan
Bagi saya dan mungkin jutaan pecinta buku di negeri ini, toko buku bukan hanya tempat untuk membeli buku, tetapi juga tempat untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Banyak toko buku yang menyelenggarakan diskusi, bincang literasi, atau kegiatan lain yang melibatkan komunitas pembaca. Kehadiran toko buku sebagai pusat pertemuan dan berbagi pengetahuan telah memberikan nilai yang tak ternilai.
Dengan banyaknya toko buku yang tutup, akan terjadi hilangnya ruang untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan antara komunitas pembaca. Ini dapat menghilangkan kesempatan untuk bertukar gagasan, mendiskusikan buku-buku favorit, dan memperluas wawasan melalui pertemuan dengan sesama pecinta literasi.
Berkurangnya Ragam Pilihan Buku
Ketika toko buku tradisional tutup, akan ada konsekuensi yang mengkhawatirkan terkait berkurangnya ragam pilihan buku. Toko buku yang masih beroperasi memiliki keunikan dalam menyediakan berbagai genre, penulis, dan tema buku yang beragam. Namun, dengan banyaknya toko buku yang tutup, opsi pembelian buku akan menjadi terbatas.
Hal ini berdampak pada keterbatasan akses terhadap buku-buku yang mungkin sulit ditemukan di tempat lain. Keberagaman literatur sangat penting dalam mengembangkan minat baca dan melibatkan berbagai kelompok pembaca. Dengan terbatasnya pilihan buku, akan sulit bagi masyarakat untuk mengeksplorasi beragam topik dan penulis.
Penurunan Budaya Membaca
Salah satu dampak paling mengerikan dari banyaknya toko buku yang tutup adalah penurunan budaya membaca di masyarakat. Toko buku tradisional tidak hanya sebagai tempat pembelian buku, tetapi juga sebagai simbol kehadiran literasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya toko buku, masyarakat terbiasa dengan lingkungan yang mempromosikan budaya membaca dan pentingnya menghargai karya tulis.