Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Belajar 'Galak' dari Ibu Parida pada Novel 'Para Priyayi" Karya Umar Kayam

14 Februari 2023   19:27 Diperbarui: 14 Februari 2023   19:32 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan harus galak (Pexels.com/Samson Katt)

Ibu Parida adalah seorang janda yang telah kehilangan suaminya dalam Perang Kemerdekaan. Ia tinggal bersama empat anaknya dan ayah mertuanya di sebuah rumah kecil yang berada di dekat Keraton Yogyakarta. Meskipun hidup dalam kesulitan ekonomi, Ibu Parida dan keluarganya tetap menjunjung tinggi adat istiadat Jawa dan merasa terhormat sebagai para priyayi atau golongan bangsawan.

Namun, kehidupan mereka menjadi semakin sulit ketika terjadi perubahan sosial dan politik di Yogyakarta setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keluarga Ibu Parida mulai merasakan tekanan dari pihak militer dan gerakan komunis yang bergejolak di Yogyakarta. Meskipun demikian, Ibu Parida dan keluarganya tetap berusaha untuk bertahan dan tidak kehilangan harga diri sebagai seorang priyayi.

Dalam novel ini, Umar Kayam menggambarkan dengan indah kehidupan masyarakat priyayi yang sarat dengan nilai-nilai kebudayaan Jawa. Ia juga menunjukkan bagaimana perubahan sosial dan politik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat kecil di pedesaan. Novel "Para Priyayi" merupakan karya sastra Indonesia yang penting dan diakui secara luas sebagai salah satu karya sastra terbaik di Indonesia.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Ibu Parida, bagaimana seorang perempuan harus bersikap, agar jangan diremehkan.

1. Katakan dengan tegas apa yang diinginkan

"Mertua: Ini buah tangan untukmu, Parida.
Ibu Parida: Terima kasih, Mbah. Apa itu?
Mertua: Tenun ikat dari Bali. Kusam, kubeli di pasar pagi tadi.
Ibu Parida: Wah, cantik sekali. Terima kasih, Mbah.
Mertua: Baiklah, Parida. Kau bisa kembali ke kamarmu sekarang. Lain kali kau tidak perlu ikut campur dalam urusan orang dewasa.
Ibu Parida: (dengan suara tegas) Maaf, Mbah. Saya hanya ingin membantu. Saya tidak bermaksud ikut campur.
Mertua: Hah, ingin membantu? Tidak perlu, kami tidak butuh bantuanmu. Apalagi kau ini hanya menantu, bukan anak kandung.
Ibu Parida: (dengan suara lebih tegas lagi) Saya tahu bahwa saya hanya menantu, Mbah. Namun, saya masih ingin membantu suami dan keluarga. Jangan salahkan saya karena ingin membantu."

Dalam dialog ini, Ibu Parida menunjukkan ketegasannya dan ketidakpatuhannya terhadap norma-norma patriarki yang mengharuskan seorang menantu untuk hanya tunduk dan patuh pada suami dan keluarga suami. Ia tetap ingin membantu dan memiliki kontribusi dalam keluarga, meskipun tidak diharapkan atau diinginkan oleh mertuanya. Ibu Parida dengan tegas menegaskan bahwa ia tetap ingin berperan aktif dalam keluarga meskipun hanya sebagai menantu, dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang perempuan yang kuat dan mandiri.

2. Ucapkan dengan tegas bagaimana posisi kita bagi suami

"Saya bukan perempuan lemah yang hanya bisa diatur dan diperintah seperti hewan peliharaan. Saya adalah ibu dari anak-anakmu dan istri dari suamimu. Saya punya hak untuk diperlakukan dengan hormat dan martabat yang pantas. Jangan pernah mengira bahwa kamu bisa menginjak-injak hak-hak saya, karena saya akan melawan dengan gigih sampai akhir."

Dialog ibu Parida kepada suaminya yang menyatakan keberaniannya dan hak-haknya sebagai perempuan menunjukkan bahwa ia adalah seorang perempuan yang kuat dan teguh dalam prinsip-prinsipnya. Ia menuntut hak dan martabat yang pantas, menolak untuk diatur dan diperintah seperti hewan peliharaan, serta siap melawan dengan gigih jika hak-haknya dirampas. Dialog tersebut menggambarkan pentingnya penghargaan terhadap martabat dan hak-hak perempuan dalam sebuah hubungan pernikahan, serta bahwa perempuan juga memiliki kekuatan untuk membela hak dan kepentingannya.

3. Jelaskan dengan tegas kedudukan kita bagi anak-anak

"Kalian adalah anak-anakku, dan saya akan selalu mencintai kalian. Tapi itu tidak berarti kalian bisa berbuat seenaknya tanpa batasan. Saya adalah ibumu dan saya punya kewajiban untuk mengajari kalian nilai-nilai yang benar dan memberikan arahan yang tepat. Jangan pernah lupa bahwa saya adalah ibu yang tegas, dan jika kalian melanggar aturan yang sudah saya tetapkan, maka kalian harus siap menerima konsekuensinya."

Dialog ibu Parida kepada anak-anaknya menggambarkan ketegasannya sebagai seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab. Ia mengajarkan nilai-nilai yang benar dan memberikan arahan yang tepat, serta menegaskan bahwa ada batasan yang harus dihormati dan apabila batasan tersebut dilanggar, harus siap menerima konsekuensinya. Dialog tersebut menunjukkan pentingnya mendidik anak-anak dengan benar, memperkuat tanggung jawab dan akuntabilitas mereka, serta menumbuhkan rasa hormat terhadap orang tua dan nilai-nilai yang baik. 

Tegas tidak harus galak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun