Budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang. (Ki Hajar Dewantara)
Wuri adalah seorang murid yang sangat pintar, bersama Winie dan Arif ia ditunjuk untuk mengikuti lomba cerdas cermat mewakili sekolah.Â
Pada saat lomba Handa berperan sebagai juru bicara yang berada di tengah. Selama lomba berlangsung, Wuri selalu dengan cepat menekan tombol dan langsung memberikan jawaban. Tanpa mendiskusikan dulu jawaban tersebut dengan Winie dan Arif.Â
Hasilnya, jawaban tersebut salah dan tidak mendapatkan nilai. Bahkan, karena beberapa kali menjawab terlalu cepat dan ternyata jawabannya salah. Kelompok Handa mendapatkan hukuman dengan dikurangi nilai. Akhirnya, sekolah Wuri pun menderita kekalahan.
Ibu guru pun mengevaluasi kekalahan tersebut dengan bertanya kepada Wuri, "Mengapa saat menjawab pertanyaan, kamu tidak terlebih dahulu berdiskusi dengan Winie dan Arif untuk memperoleh jawaban yang benar?" Terkesan menyalahkan orang lain, dan mencari kambing hitam.Â
Wuri menjawab pertanyaan dari ibu guru, "Mengerti saja tidak mereka tentang soalnya, apalagi memberikan jawaban. Kekalahan ini disebabkan oleh mereka yang sama sekali tidak membantu."
Mendengar jawaban tersebut, barulah ibu guru tersadar bahwa selama ini dia hanya fokus mengajar murid, agar pintar secara kognitif, dan mendapat nilai bagus. Ia lupa untuk memberikan tuntunan dan pendidikan tentang budi pekerti. Bahwa, di dalam kehidupan ini, kita harus bisa menghargai orang lain.
Ilustrasi di atas, saya dapatkan dari Platform Merdeka Mengajar (PMM). Seperti ibu guru dalam ilustrasi di atas. Setelah menyimak materi tentang budi pekerti menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut. Saya juga seperti ikut tersadar. Memang benar, selama ini saya hanya mengajar. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada murid sesuai tuntutan kurikulum. Lupa bahwa murid pun harus dididik budi pekertinya.
Mungkin, bukan hanya saya dan ibu guru dalam ilustrasi di atas yang merasa 'tersadarkan'. Apakah ibu/bapak guru di seluruh Indonesia juga mengalami apa yang saya rasakan? Jika jawabannya, ya. Baca terus artikel ini, Tugas Gurulah Melatih dan Mendidik Kecerdasan Budi Pekerti Murid. Karena, saya akan memberikan tips membangkitkan kecerdasan budi pekerti murid secara seimbang antara biologis dan intelligible.
Refleksi mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti murid
Hal pertama yang harus dilakukan pendidik, setelah mengetahui bahwa budi pekerti pada murid ternyata kondisinya sangat mengkhawatirkan.Â
Umpama murid berbicara kasar, berlaku tidak sopan, melakukan perundungan kepada teman, dan lain-lain. Maka, pendidik harus melakukan refleksi diri dengan bertanya kepada kedalaman hati nurani.