Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Inilah 16 Standar Kecantikan Perempuan Sunda, Apakah Kamu Memilikinya?

14 Agustus 2022   19:34 Diperbarui: 14 Agustus 2022   19:52 6223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gadis Sunda |Pexels.com/Miftah Rafli Hidayat

Jika kita berbicara tentang standar kecantikan bagi perempuan. Saya yakin, semua negara di berbagai belahan dunia akan memiliki standar kecantikannya tersendiri. Umpama, di Amerika perempuan disebut cantik apabila memiliki kulit yang eksotis alias berwarna tan, bentuk dan warna mata seperti kacang almond, pipi yang tirus, dan bentuk bibir yang tebal sensual.

Standar tersebut akan semakin lengkap bila perempuan tersebut memiliki tubuh yang tinggi langsing, dan rambut berwarna blonde. Jika kita membuka kamus, akan ditemukan bahwa arti blonde adalah pirang atau berwarna kuning bambu. Blonde merupakan warna rambut yang terjadi sebagai akibat kurangnya pigmen Eumelanin, pada umumnya warna rambut seperti ini hanya bisa diwariskan secara genetik.

Beda lagi dengan Korea, sebagai kiblat mode para remaja saat ini. Perempuan cantik di Korea harus memiliki hidung mancung, runcing, dan ramping. Kombinasi dari wajah yang kecil, rahang membentuk huruf V, dan hidung mancung dianggap sebagai perpaduan yang cantik, elegan, dan modern. 

Lihat saja para artis-artis Korea, hampir jarang kita melihat mereka yang berseliweran di TV itu yang berpipi montok, berwajah persegi, dan berbadan semok.

Biasanya orang akan mendapatkan pengetahuan tentang standar kecantikan itu dari selebriti-selebriti. Setiap hari perempuan-perempuan cantik dari berbagai negara silihberganti tampil di TV. Baik dalam tayangan iklan, film, musik, dan acara-acara lainnya. Dari hal tersebut, perempuan Indonesia mendapatkan inspirasi.

Oleh karena itu, kita pun memiliki standar kecantikan untuk perempuan Indonesia. Menurut akademisi Muzayin Nazarudin, perempuan Indonesia juga tidak kalah dengan negara-negara lain, mereka juga memiliki standar kecantikan yang dapat dijadikan patokan, yakni : badan kurus dan langsing, berkulit putih, berambut lurus hitam dan panjang, modis dan selalu menjaga penampilan, serta rutin melakukan perawatan tubuh agar awet muda.

Cantik itu cerdas dan berbudi luhur

Bagaimana dengan standar kecantikan perempuan Sunda pada jaman dahulu? Di dalam peribahasa kita menemukan, Taarna Teja Mentrangan, artinya dahi yang diibaratkan seperti matahari yang bersinar terang. Dari kata 'teja' berarti matahari dan kata 'mentrangan' artinya bersinar terang. Perempuan Sunda disebut cantik apabila dahinya bercahaya.

Hal ini dapat juga dikatakan bahwa perempuan yang cantik pada masa itu, antara tahun 1900-an, saat peribahasa muncul dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Sunda, adalah perempuan yang cerdas, memiliki pengetahuan, dan dapat mengembangkan dirinya. Karena, kita tahu pada tahun tersebut perempuan Sunda mulai keluar dari ranah domestiknya. Mereka aktif berkiprah dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan kepemudaan.

Sebagai contoh, Raden Dewi Sartika yang dikenal di Jawa Barat sebagai tokoh dan praktisi pendidikan bagi kaum perempuan. Beliau lahir pada 4 Desember 1884. Lahir dari pasangan R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas. 

Sejak kecil, Raden Dewi Sartika memiliki kegemaran bermain peran menjadi seorang guru dan teman-temannya menjadi murid. Hal itu ia lakukan sepulang sekolah. Kegiatan yang sering dilakukan sejak kanak-kanak tersebut memacu semangat dan cita-citanya untuk dapat memberikan pendidikan yang sama bagi perempuan lainnya di Jawa Barat.

Pada tahun 1904, tepatnya 16 Januari Raden Dewi Sartika mendirikan sebuah sekolah untuk perempuan yang bertempat di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut diberi nama sekolah istri. Pada tahun 1910, sekolah tersebut dipindahkan lokasinya ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri.

Standar kecantikan perempuan Sunda

Sebenarnya, ada beberapa lagi istilah yang menjadi standar kecantikan bagi perempuan Sunda. Bahkan, tidak main-main, ada 16 konsep kecantikan perempuan yang dikenal dalam kehidupan masyarakat Sunda. Apa sajakah itu? Hal ini akan kita dapatkan dari naskah cerita pantun. Karena dalam cerita tersebut, banyak dikisahkan bagaimana definisi kecantikan seorang perempuan.

Pertama, rambut hideung meles, galing muntang, ombak banyu. Artinya rambut berwarna hitam legam, panjang dan bergelombang, ikal mayang, seperti ombak banyu, keriting panjang seperti mayang pada bunga pinang.

Kedua, pameunteuna ngadaun seureuh, artinya wajahnya berbentuk hati atau heart seperti pada daun sirih. Lebar pada bagian atas, hal ini tentu saja bersinergi dengan bentuk dahi yang bercahaya seperti pada peribahasa 'taarna teja mentrangan'. Lalu membulat di tengah, pada kedua pipi, dan runcing pada bagian dagu.

Ketiga, Halis ngajeler paeh, artinya memiliki alis yang indah berbentuk seperti ikan jeler yang mati. Ikan jeler dalam bahasa latin dikenal dengan nama Nemacheilus chrysolaimos, merupakan jenis ikan air tawar bertubuh kecil, sebagai anggota dari suku Balitoridae, ikan ini banyak ditemukan dan menghuni wilayah perairan di daerah Jawa Barat.

Ikan ini bertubuh kecil, dengan bentuk tubuh memanjang hingga ukuran 50 mm, dan tanpa memiliki sirip dan tidak bersisik. Memiliki kepala berwarna coklat, sebuah bintik gelap diantara kedua mata, dan dua bintik lain pada sisi fontanel, serta sisi bawah berwarna keputihan. 

Ikan ini sungguh-sungguh merefresentasikan keindahan alis yang alami dan cantik. Bila tidak percaya, coba saja tempelkan ikan jeler kecil yang sudah mati pada alis anda. Akan tampak seperti apa hasilnya.

Keempat, soca cureuleuk, bulu soca carentik, artinya mata yang bersih, bentuknya bulat dan besarnya sedang, dilengkapi dengan bulu mata yang lentik. Bagi perempuan Sunda, mata yang indah itu bukan bolotot (mata besar dan melotot) atau petet atau sipit. 

Mata yang indah dan cantik itu memiliki ukuran yang sedang-sedang saja. Bola mata berbentuk bulat, jernih, dan bulu mata yang lentik. Tidak pengaruh bulu matanya panjang atau pendek, yang penting adalah lentik. 

Kelima, damis ngagula sapasi, siga katumbiri, artinya pipi seperti gula merah yang dipotong menjadi dua, berwarna-warni seperti pelangi. Dapat dikatakan bahwa pipi yang indah dan cantik itu yang berbentuk persegi dengan rahang dan tulang pipi agak menjolok seperti gula merah yang dipotong dua, meskipun dalam hal ini saya agak kesusahan dalam membayangkannya. 

Meskipun dari segi bahasa, memang tertangkap makna dan rasa bahasa yang sangat indah. Siga katumbiri atau seperti pelangi dalam hal ini adalah dalam pipi yang melengkung itu terpancar guratan-guratan warna yang elok dan berkilauan seperti tujuh warna pada pelangi.

Keenam, gadona endog sapotong, artinya bentuk dagu seperti telur matang yang dipotong menjadi dua. Bentuk dagu tersebut adalah bulat dan menggantung pada rahang, seperti potongan telur yang kita tempelkan. Sebuah peribahasa yang amat indah untuk menggambarkan kecantikan dagu seorang perempuan. 

Menurut hemat saya, dagu yang mirip dan masuk ke dalam peribahasa itu adalah dagu miliknya Paramitha Roesadhy -artis cantik dan awet muda yang berasal dari tanah Pasundan.

Ketujuh, kulit hejo carulang, koneng umyang artinya kulit berwarna hijau daun rumput belulang, memiliki nama latin Eleusine Indica. Ada dua hal yang dipertentangkan tapi memiliki makna yang hampir sama dalam hal ini, yakni antara hijau rumput belualang dan kuning keemasan. 

Jadi, mungkin ada dua warna kulit yang menjadi standar kecantikan perempuan Sunda, bisa salahsatunya hijau saja atau kuning saja, atau perpaduan antara keduanya.

Kedelapan, cangkeng lenggik lir papanting, artinya bentuk pinggang yang ramping seperti pada pinggang papanting, sejenis tawon dengan nama Latin Neotropis yang sangat besar. Bila dilihat dalam kenyataan, rasanya sangat berlebihan standar kecantikan seperti ini. Karena, sangat sulit bagi perempuan untuk dapat mewujudkannya.

Mungkin ramping dalam hal ini, ada sekat antara tubuh bagian atas, dengan tubuh bagian bawah, tidak lurus dan datar-datar saja. Artinya, pada bagian pinggang harus terbebas dari lemak perut yang mengganggu dan tidak perlu. Maka, dengan hal itu, pinggang yang ramping seperti papanting pun akan tercapai

Kesembilan, taktak wayangeun artinya bahu seperti bahu wayang, ramping dan bagus memakai pakaian apa saja. Lihat saja proporsi tubuh wayang, apalagi wayang jenis putri, srikandi, dan dewi-dewi. Bahu mereka akan didesain dengan begitu ramping, nyaris tanpa lemak sama sekali. Sehingga dengan demikian, ketika memakai pakaian berjenis dan model apa pun, akan tampak bagus dan pantas saja.

Kesepuluh, waos gula gumantung artinya gigi seperti gula yang bergantung. Sejujurnya saja, rasa bahasa dari peribahasa ini sangat indah. Namun, untuk mem-visual-kan peribahasa ini terasa sangat sulit. Karena, kita akan merasa kesusahan untuk membayangkan bentuk gula yang bergantung. 

Mungkin maksud dari peribahasa ini, bentuk gigi yang bagus itu seperti gula putih, berbentuk persegi kecil-kecil putih dan jernih menggantung pada rahang.

Kesebelas, lambey jeruk sapasi artinya bentuk bibir seperti sekerat jeruk. Konsep masyarakat Sunda tentang kecantikan perempuan begitu sangat sederhana dan alami. Tidak digambarkan dengan hal-hal yang sensual, tapi digambarkan sebagai sekerat jeruk yang segar dan menyehatkan.

Keduabelas, panangan ngagondewa, ramo pucuk euriheun. Artinya, bentuk tangan yang seperti gondewa atau busur panah, jari-jari ramping dan runcing ke ujung seperti pucuk daun alang-alang.

Ketigabelas, imbit dempok biola, artinya bokong atau pantat seperti bentuk biola. Tahukah kamu bentuk biola seperti apa? biola atau gitar Spanyol terdiri dari beberapa bagian, yakni : badan biola, leher biola, jembatan biola, papan jari, senar, dan beberapa bagian sebagai perangkat pembantu. 

Dilihat dari segi manapun, baik depan maupun belakang badan biola akan tampak seperti jam pasir. Terdapat dua buah lekukan pada kedua sisi samping biola, menyerupai huruf C. Bagian inilah mungkin yang diibaratkan sebagai perumpamaan dalam peribahasa itu. Bahwa, bokong perempuan yang cantik itu, ya seperti badan biola.

Tidak hanya indah dan sedap dipandang mata. Ternyata, bentuk bokong seperti biola ini juga menunjukkan tanda kesehatan yang baik bagi kaum perempuan. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan pinggang ramping dan pinggul lebar memiliki resiko rendah terkena diabetes dan kematian dini.

Keempat belas, iga kawas gambang pawayangan, artinya tulang rusuk seperti alat musik gambang. Kita semua tentu saja sudah tahu bagaimana rupa alat kesenian tradisional yang satu ini. Bilah-bilah pada gambang yang berjumlah sepuluh buah, dikenal dengan nama pencon. Mungkin maksud dari peribahasa tersebut adalah perempuan yang cantik itu memiliki tulang rusuk yang tersusun rapih seperti bentuk pencon pada gambang.

Kelimabelas, pangambung kuwung-kuwungan artinya lubang hidung seperti membentuk lengkungan yang indah. Dalam hal ini, standar kecantikan pada masyarakat Sunda tidak menekankan pada bentuk hidung. Baik mancung, maupun demes atau dempak. 

Hidung yang cantik menurut standar masyarakat Sunda adalah bentuk lubangnya yang 'kuwung-kuwungan' melengkung indah. Tidak besar atau sempit, kuwung-kuwungan itu berada pada tataran lubang yang sedang-sedang saja ukurannya.

Keenambelas, bitis babalingbingan, ngabuah pare, jaksi sajantung artinya betis seperti buah belimbing, seperti tanaman padi yang sedang hamil, dan jantung pisang. Betis perempuan dikatakan cantik apabila berisi di bagian tengah dan meruncing di kedua sisinya. 

Ada beragam bentuk betis pada perempuan, meliputi : betis panjang, betis sedang, betis pendek, dan betis yang berbulu. Masyarakat Sunda lagi-lagi tidak mempersoalkan ukuran dalam hal kecantikan. Betis perempuan digambarkan seperti bunga jaksi, konon bunga ini dipercaya sebagai ratunya bunga.

Bunga jaksi merupakan bunga pandan berduri, ia biasanya tumbuh di dekat pantai. Dalam legenda Sangkuriang, dikisahkan bahwa saat menghilang di Gunung Putri, Dayang Sumbi berubah menjadi pohon bunga jaksi. Menurut kepercayaan masyarakat, kembang jaksi dipercaya sebagai kembang yang memiliki kegunaan membuat awet muda, bagi siapa yang memakainya atau menemukannya. 

Menurut cerita, itulah mengapa Dayang Sumbi awet muda. Karena, dia selalu menyelipkan bunga jaksi pada rambutnya.

Nah, itulah standar kecantikan yang ada dalam masyarakat Sunda. Bagaimana, apakah kamu sudah sesuai dengan keenam belas standar tersebut. Bila belum, jangan berkecil hati. Karena, cantik itu yang paling penting adalah memiliki pemikiran yang cerdas dan hati yang baik. (*)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun