Kelima, damis ngagula sapasi, siga katumbiri, artinya pipi seperti gula merah yang dipotong menjadi dua, berwarna-warni seperti pelangi. Dapat dikatakan bahwa pipi yang indah dan cantik itu yang berbentuk persegi dengan rahang dan tulang pipi agak menjolok seperti gula merah yang dipotong dua, meskipun dalam hal ini saya agak kesusahan dalam membayangkannya.Â
Meskipun dari segi bahasa, memang tertangkap makna dan rasa bahasa yang sangat indah. Siga katumbiri atau seperti pelangi dalam hal ini adalah dalam pipi yang melengkung itu terpancar guratan-guratan warna yang elok dan berkilauan seperti tujuh warna pada pelangi.
Keenam, gadona endog sapotong, artinya bentuk dagu seperti telur matang yang dipotong menjadi dua. Bentuk dagu tersebut adalah bulat dan menggantung pada rahang, seperti potongan telur yang kita tempelkan. Sebuah peribahasa yang amat indah untuk menggambarkan kecantikan dagu seorang perempuan.Â
Menurut hemat saya, dagu yang mirip dan masuk ke dalam peribahasa itu adalah dagu miliknya Paramitha Roesadhy -artis cantik dan awet muda yang berasal dari tanah Pasundan.
Ketujuh, kulit hejo carulang, koneng umyang artinya kulit berwarna hijau daun rumput belulang, memiliki nama latin Eleusine Indica. Ada dua hal yang dipertentangkan tapi memiliki makna yang hampir sama dalam hal ini, yakni antara hijau rumput belualang dan kuning keemasan.Â
Jadi, mungkin ada dua warna kulit yang menjadi standar kecantikan perempuan Sunda, bisa salahsatunya hijau saja atau kuning saja, atau perpaduan antara keduanya.
Kedelapan, cangkeng lenggik lir papanting, artinya bentuk pinggang yang ramping seperti pada pinggang papanting, sejenis tawon dengan nama Latin Neotropis yang sangat besar. Bila dilihat dalam kenyataan, rasanya sangat berlebihan standar kecantikan seperti ini. Karena, sangat sulit bagi perempuan untuk dapat mewujudkannya.
Mungkin ramping dalam hal ini, ada sekat antara tubuh bagian atas, dengan tubuh bagian bawah, tidak lurus dan datar-datar saja. Artinya, pada bagian pinggang harus terbebas dari lemak perut yang mengganggu dan tidak perlu. Maka, dengan hal itu, pinggang yang ramping seperti papanting pun akan tercapai
Kesembilan, taktak wayangeun artinya bahu seperti bahu wayang, ramping dan bagus memakai pakaian apa saja. Lihat saja proporsi tubuh wayang, apalagi wayang jenis putri, srikandi, dan dewi-dewi. Bahu mereka akan didesain dengan begitu ramping, nyaris tanpa lemak sama sekali. Sehingga dengan demikian, ketika memakai pakaian berjenis dan model apa pun, akan tampak bagus dan pantas saja.
Kesepuluh, waos gula gumantung artinya gigi seperti gula yang bergantung. Sejujurnya saja, rasa bahasa dari peribahasa ini sangat indah. Namun, untuk mem-visual-kan peribahasa ini terasa sangat sulit. Karena, kita akan merasa kesusahan untuk membayangkan bentuk gula yang bergantung.Â
Mungkin maksud dari peribahasa ini, bentuk gigi yang bagus itu seperti gula putih, berbentuk persegi kecil-kecil putih dan jernih menggantung pada rahang.