Jika kita berbicara tentang standar kecantikan bagi perempuan. Saya yakin, semua negara di berbagai belahan dunia akan memiliki standar kecantikannya tersendiri. Umpama, di Amerika perempuan disebut cantik apabila memiliki kulit yang eksotis alias berwarna tan, bentuk dan warna mata seperti kacang almond, pipi yang tirus, dan bentuk bibir yang tebal sensual.
Standar tersebut akan semakin lengkap bila perempuan tersebut memiliki tubuh yang tinggi langsing, dan rambut berwarna blonde. Jika kita membuka kamus, akan ditemukan bahwa arti blonde adalah pirang atau berwarna kuning bambu. Blonde merupakan warna rambut yang terjadi sebagai akibat kurangnya pigmen Eumelanin, pada umumnya warna rambut seperti ini hanya bisa diwariskan secara genetik.
Beda lagi dengan Korea, sebagai kiblat mode para remaja saat ini. Perempuan cantik di Korea harus memiliki hidung mancung, runcing, dan ramping. Kombinasi dari wajah yang kecil, rahang membentuk huruf V, dan hidung mancung dianggap sebagai perpaduan yang cantik, elegan, dan modern.Â
Lihat saja para artis-artis Korea, hampir jarang kita melihat mereka yang berseliweran di TV itu yang berpipi montok, berwajah persegi, dan berbadan semok.
Biasanya orang akan mendapatkan pengetahuan tentang standar kecantikan itu dari selebriti-selebriti. Setiap hari perempuan-perempuan cantik dari berbagai negara silihberganti tampil di TV. Baik dalam tayangan iklan, film, musik, dan acara-acara lainnya. Dari hal tersebut, perempuan Indonesia mendapatkan inspirasi.
Oleh karena itu, kita pun memiliki standar kecantikan untuk perempuan Indonesia. Menurut akademisi Muzayin Nazarudin, perempuan Indonesia juga tidak kalah dengan negara-negara lain, mereka juga memiliki standar kecantikan yang dapat dijadikan patokan, yakni : badan kurus dan langsing, berkulit putih, berambut lurus hitam dan panjang, modis dan selalu menjaga penampilan, serta rutin melakukan perawatan tubuh agar awet muda.
Cantik itu cerdas dan berbudi luhur
Bagaimana dengan standar kecantikan perempuan Sunda pada jaman dahulu? Di dalam peribahasa kita menemukan, Taarna Teja Mentrangan, artinya dahi yang diibaratkan seperti matahari yang bersinar terang. Dari kata 'teja' berarti matahari dan kata 'mentrangan' artinya bersinar terang. Perempuan Sunda disebut cantik apabila dahinya bercahaya.
Hal ini dapat juga dikatakan bahwa perempuan yang cantik pada masa itu, antara tahun 1900-an, saat peribahasa muncul dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Sunda, adalah perempuan yang cerdas, memiliki pengetahuan, dan dapat mengembangkan dirinya. Karena, kita tahu pada tahun tersebut perempuan Sunda mulai keluar dari ranah domestiknya. Mereka aktif berkiprah dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan kepemudaan.
Sebagai contoh, Raden Dewi Sartika yang dikenal di Jawa Barat sebagai tokoh dan praktisi pendidikan bagi kaum perempuan. Beliau lahir pada 4 Desember 1884. Lahir dari pasangan R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas.Â