Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sakit yang Terluka

11 Februari 2022   12:57 Diperbarui: 11 Februari 2022   13:07 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bunga terluka |pexels.com/Anna Shvets

Waktu memberiku jeda untuk mengganti perban

Dari luka-luka yang bernanah dilahap usia

Pada masa yang selalu beringas lalu siap memangsa

Setiap sakit yang muncul dan meminta tuk dibalut


Dalam merah yang tersisa dari kuntum bunga

Kayu-kayu rapuh dalam jambangan menunggu rubuh

Semua warna yang kau punya kini habis dilapal senja

Angka-angka dalam bejana pun luruh secara bergantian


Sakit itu menjelma sekat-sekat pada lelah

Kecewa menyetubuhi kalimat perintah dan tanda baca

Di sepanjang jalan yang penuh kenangan

Ada kesetiaan yang luruh dan tak sadarkan diri


Hujan hari ini penuhi bejana dengan darah

Menumbuhkan puisi-puisi di atas gundukan sesal

Kemalangan-kemalangan dalam cita

Serupa mata-mata yang kehilangan api


Hari itu aku lihat wajah-wajah yang pucat

Meninggalkan kelam asa pada dadanya

Pohon-pohon rindu yang pernah kita tanam

Tidak memiliki banyak waktu untuk tumbuh


Di halaman gedung kesombongan yang bertingkat

Ku lihat sakit merintih dan isak beriba-iba

Menyayat dada-dada yang kekal dalam taman bunga

Seperti sakit yang lupa menziarahi luka-lukanya


Sumedang, 11 Februari 2022


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun