Dia diam melipat seribu kalimat di mulutnya
Hanya titik dan koma ia julurkan pada keriap kisah semesta
Senyum sembunyi dengan rahasia dalam setiap kerdipan netra
Apalagi empati dia buang jauh-jauh dari perbendaharaan kata di hidupnya
Sepi singgah di nyenyak kesabaran
Tawarkan riuh suara tabuh dari ceruk kesunyian
Aku menyambutnya dengan tinju kemenangan
Karena kini sepiku akan merdeka penuh kebebasan
Aku bosan berbicara dalam hati
Sesekali ingin ku berteriak dan kusuarakan kisah nurani
Meski mulutmu terkatup dan senyummu menepi
Aku tak bergeming dan tetap akan pergi
Wajahmu muram bertabur sendu
Saat ku ucapkan pamit pada keras kepala di pinggir ego-mu
Maap aku sudah selesai dengan masa lalu kataku
Kau membisu kulihat bening menetes di jantungmu
Aku juga ingin bahagia dan merdeka
Tanpa teriakan dan kata-kata perintah yang menyiksa
Jika terus bersama sepi yang merantai jiwa raga
Jantungku sebentar lagi kan berhenti tuk menyala
Kini matahari dan dunia merangkulku
Mendekap dalam keriap euphoria yang kelu
Aku keluarkan semua kekayaan jiwa yang terbelenggu
Hari ini sepiku bebas nikmati seribu lampu
Sumedang, 23 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H