Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Eco-Enzim, Bahannya Mudah Didapat dan Kaya Manfaat

6 Januari 2022   21:27 Diperbarui: 6 Januari 2022   21:57 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil pengumpulan botol berisi cairan fermentasi |Dok.Pribadi

Berasal dari limbah dapur
Eco-enzim adalah hasil fermentasi dari limbah dapur organik, gula (gula merah, gula coklat atau gula tebu), dan air. Perbandingan dari ketiga bahan tersebut adalah 3 : 1 : 10. Artinya tiga bagian limbah dapur berupa sampah sayur, buah, nasi bekas, dan lain-lain. Satu bagian gula, dan 10 bagian air.


Pada dasarnya, cara kerja eco-enzim adalah mempercepat reaksi bio-kimia dari ketiga campuran bahan alam tersebut. Menghasilkan enzim yang berguna. Sungguh hal yang sangat berguna. Bermula dari sampah sayur dan buah yang tampak tidak berharga. Menjelma menjadi hal yang kaya manfaat.


Sampah organik berbahaya


Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2020. Timbunan sampah yang dihasilkan rakyat Indonesia hampir mencapai 67,8 juta ton. Setelah sampah-sampah tersebut dipilah oleh petugas tempat pembuangan akhir (TPA). Ternyata 70 persen sampah tersebut adalah sampah organik, alias sampah dapur. Tentu saja, di dalamnya ada sampah sayur-sayuran dan buah-buahan, sisa masak ibu-ibu.


Sampah organik, sebagaimana kita sudah ketahui bersama. Adalah sampah yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan bantuan bakteri pengurai. Contoh sampah organik dapat kita jumpai di lingkungan sekitar kita. Seperti daun kering, sisa makanan, sampah sayur-sayuran dan buah-buahan.


Sebenarnya ada bahaya besar yang mengancam diam-diam apabila sampah organik dibiarkan menumpuk di TPA, tanpa dilakukan penanganan yang optimal. Bahaya itu adalah bau tidak sedap yang dihasilkan akan mengganggu kenyamanan dan kesehatan warga yang tinggal di sekitar TPA. Sampah organik yang menggunung di TPA akan menghasilkan ledakan dahsyat akibat produksi gas metana dari proses penguraian alami.


Eco-enzim sebagai tugas proyek di masa pandemi


Oleh karena itu, SMPN 1 Sumedang melalui wakasek bidang kurikulum menggagas tugas proyek bagi peserta didik. Sebagai suatu terobosan pembelajaran di masa pandemi. Tugas proyek tersebut adalah membuat eco-enzim dari bahan-bahan dapur yang mudah didapat di rumah masing-masing. Proyek ini bersifat paralel, peserta didik kelas 7, 8, dan 9 mengerjakan tugas yang sama yakni membuat eco-enzim.

sosialisasi proyek eco-enzim oleh wakasek kurikulum di studio Angkasa | Dok. Pribadi
sosialisasi proyek eco-enzim oleh wakasek kurikulum di studio Angkasa | Dok. Pribadi


Sebagai perencanaan, wakasek kurikulum menyusun program kerja proyek untuk tiga tingkatan. Kemudian membuat rubrik penilaian. Menyusun LKPD yang berisi jawaban siswa tentang pengamatan eco-enzim yang dibuatnya. Menyusun jadwal pengumpulan dengan menerapkan protokol kesehatan. Menyusun daftar guru yang akan memeriksa hasil kerja peserta didik. Setelah semua hal yang bersifat teknis rampung. 

Pihak Kurikulum juga melaksanakan sosialisasi melalui studio mini Angkasa. Dalam sosialisasi ini, dijelaskan definisi dari eco-enzim, alasan mengapa eco-enzim dipilih sebagai tugas proyek, manfaat dari eco-enzim, dan tutorial membuat eco-enzim tahap demi tahap hingga finish. Rangkaian sosialisasi dan tutorial ini dishare juga di you tube, agar peserta didik dapat menontonnya secara streaming. Tanpa terlalu banyak menghabiskan kuota.


Dalam pelaksanaannya, peserta didik dapat mengakses tugas proyek tersebut melalui grup whatssap, youtube, dan google classroom. Bagi peserta didik yang tidak memiliki android dan tidak ada akses internet. Pihak sekolah menyediakan modul dan LKPD yang sudah dicetak. Peserta didik tinggal datang ke sekolah dan mengambilnya.


Tutorial Membuat eco-enzim di rumah


Berikut adalah tahap-tahap membuat eco-enzim yang dapat dilakukan di rumah.


Pertama, Siapkan alat dan bahan
Ada beberapa bahan dan alat yang harus dipersiapkan ketika kita akan membuat eco-enzim. Mudah kok, alat dan bahannya gampang didapat di rumah.
Alat: Botol plastik bekas ukuran 1 liter, timbangan digital, corong.
Bahan-Bahan: 500 ml air, 50 gram gula, dan 150 gram kulit buah atau sampah sayur.


Kedua, Tuangkan semua bahan ke dalam botol
Setelah semua bahan siap. Masukkan kulit buah atau sayur, gula, dan air ke dalam botol plastik. Kocok perlahan botol yang sudah terisi dengan perlahan-lahan, agar gula larut sempurna di dalam air.


Ketiga, Simpan di tempat kering dan suhu dalam ruangan
Taruh botol plastik yang berisi cairan fermentasi di tempat yang kering dan berada di suhu ruang. Suhu ruang artinya tidak terlalu dingin dan tidak panas.


Keempat, Biarkan cairan terfermentasi selama tiga bulan
Seharusnya cairan dibiarkan selama tiga bulan. Namun, karena ini tugas proyek peserta didik. Tentu saja, harus segera dikumpulkan. Karena, kalau dibiarkan berada di rumah selama tiga bulan. Dikhawatirkan anak lupa dan botol plastik tersebut terbuang. Atau peserta didik atau anggota keluarganya tanpa sengaja membuka botol berisi cairan fermentasi tersebut. Lalu meledak. 

Nah, untuk mengantisipasi, hal yang tidak diinginkan terjadi dalam proyek ini. Peserta didik diminta mengumpulkan hasil proyek eco-enzim ini setelah dua minggu. Bersama dengan LKPD yang berisi hasil pengamatan. 

Orang tua mengumpulkan tugas proyek eco-enzim |Dok.Pribadi
Orang tua mengumpulkan tugas proyek eco-enzim |Dok.Pribadi

Pada saat mengumpulkan kepada wali kelas, peserta didik diminta untuk membuka tutup botol plastik dengan pelan dan hati-hati. Selanjutnya, setiap 2-3 hari berikutnya tutup botol dibuka. Hal ini dilakukan oleh guru yang bertanggung jawab sebagai petugas pengumpul proyek.


Kelima, Jika muncul cacing, tambahkan gula ke dalam cairan
Ketika proses fermentasi berlangsung, akan muncul lapisan putih yang mengapung di bagian atas botol, jika muncul cacing tambahkan gula, kemudian tutup kembali dengan rapat.


Keenam, Setelah tiga bulan, eco-enzim siap dipanen
Mengapa harus tiga bulan? Karena enzim akan dihasilkan pada bulan ketiga. Bulan pertama cairan menghasilkan alkohol, bulan kedua akan menghasilkan cuka. Jadi, bersabar, ya. 

Sebelum dipanen, penting untuk memisahkan dulu residu hasil dari fermentasi dan cairan yang akan dipanen. Taraa, eco-enzim siap digunakan.

Larutan eco-enzim kaya manfaat

Eco-enzim mengandung banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Tentu saja ramah dan aman bagi lingkungan. Berikut adalah beberapa manfaat eco-enzim dalam kehidupan sehari-hari. 

Seperti menggantikan bahan kimia yang terdapat di dalam cairan pembersih serbaguna, hand sanitizer, sabun, detergen, pengharum ruangan serta dapat digunakan sebagai detoksifikasi racun pada tubuh, obat luka bakar, mencegah sariawan, pembasmi hama, memberikan nutrisi pada tanah, mengurangi polusi udara yang menyebabkan menipisnya lapisan ozon, hingga segudang manfaat lainnya.

Itulah, sekelumit kisah tentang pembuatan eco-enzim di SMPN 1 Sumedang. Dari sampah yang terbuang. Menjelma menjadi barang dengan manfaat segudang. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun