Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Panpan dan Janji Ayah di Tahun Baru

31 Desember 2021   16:56 Diperbarui: 31 Desember 2021   19:07 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panpan dan Ayahnya |tribunnews.com

Matahari bersinar sangat cerah. Burung-burung bernyanyi riang gembira. Terbang dari pohon yang satu ke pohon lainnya.Menyambut pagi dengan rasa senang. Karena pagi ini adalah hari baru di tahun yang baru. Pohon bambu di samping rumah Panpan juga ikut meliuk. Seperti orang sedang menari. Ikut menyambut pagi di tahun baru.

"Hoaaaaaah!" Panpan menguap lebar sekali. Matanya seperti susah untuk terbuka. Lalu, dia meringkukan badannya. Seperti hendak melanjutkan tidur kembali. "Panpan ... Panpan ..." Ibu memanggil dengan lembut. "Sarapan dulu, Nak! Hohooo ... Ibu memasak menu spesial kesukaanmu!" Kata ibu penuh semangat. 

Aroma sup tunas bambu yang ditaburi keju menyeruak. Tercium sampai ke kamar. Panpan mengembangkan hidungnya. Dia mengendus-endus. 

"Bau apa nih, enak sekali!" Ucapnya.

 "Bangun, jagoanku." Tiba-tiba saja ibu sudah berdiri di depan pintu. Celemek warna merah muda yang dipakai ibu, serasi sekali dengan pita di telinganya.

 "Ibu cantik sekali." Puji Panpan. Matanya sudah terbuka. Namun, dia masih malas-malasan.

 "Terima kasih, anak baik." Ibu mencium pipi Panpan dengan gemas. 

"Ayah mana, Bu?" Tanya Panpan. Matanya terbuka lebar. Dia pun bangun dan turun dari tempat tidur. Menghampiri ibu yang sibuk menata makanan di meja. 

"Belum pulang, sayang." Jawab ibu dengan sabar. Ibu membawakan piring untuk Panpan. Sup bambu muda tampak lezat terhidang di meja. Asapnya masih tampak mengepul. Aromanya nikmat tercium, membuat perut Panpan keroncongan.

 "Makan dulu, lalu minum susu ya. Nanti baru membahas tentang ayah." Saran ibu.

Panpan tidak menjawab. Dia asyik dengan sup dan susu yang disajikan ibu. Namun, hatinya masih saja rindu ayah.

 "Ayah ke mana, ya? Malam tahun baru, tidak pulang." Keluh Panpan dalam hati.

"Padahal, Ayah sudah janji. Tahun ini akan merayakan tahun baru di rumah." Panpan merengut. Mukanya ditekuk. 

"Bagaimana nanti di sekolah. Aku sudah berjanji pada bu guru." Panpan berhenti menyendok nasi ke mulutnya. Pikirannya terasa kacau. Hatinya sangat kesal. 

"Ini semua gara-gara ayah!" Panpan berteriak. 

"Ayah tidak menepati janji!" Ucap Panpan lagi. Kemudian dia menangis.

Ibu tahu Panpan sangat sedih. Oleh karena itu, Ibu memberi kesempatan kepada Panpan untuk menangis. Agar Panpan dapat menguasai emosinya. Ibu  turun menuju kamar mandi. Segera Ibu menyiapkan baju yang indah, sepatu, dasi kupu-kupu, jas hitam dan topi untuk Panpan. Hari ini, Ibu berencana membawa Panpan bertemu ayah.

Selesai makan dan minum susu. Ibu menyuruh Panpan menunggu di ruang TV, sambil menonton film kartun kesayangannya yakni Dora The Explorer. Pada saat itu, Panpan sudah berhenti menangis. Dia sudah tidak sedih lagi.

"Tunggu dulu, ya anak baik ... ibu siapkan air hangat dulu untuk kamu mandi." Teriak Ibu dari dapur.

"Iya, Ibu!" Panpan balas berteriak. Mereka berteriak. Karena letak ruang TV dan kamar mandi lumayan jauh. Terpisah oleh beberapa pohon bambu dan taman pakis.

Pada pukul sepuluh. Panpan dan Ibu pergi ke taman lalu lintas. Menemui ayah yang sedang bertugas. Ayah Panpan adalah polisi panda. Di malam tahun baru ini. Ayah Panpan harus berjaga dan melaksanakan piket. Hampir setiap tahun. Ayah Panpan tidak dapat merayakan malam tahun baru bersama di rumah. Sejujurnya, Panpan marah sekali pada ayah. Dia juga ingin seperti Pin dan Dam yang selalu menyalakan petasan, meniup terompet, dan membakar marshmallow di halaman rumahnya.

"Panpan ikut merayakan tahun baru di rumahku, yuk!" Ajak Pin ramah. 

"Ibuku juga pandai kok memasak sup bambu muda." Ucap Pin lagi. Pin tahu kalau Panpan suka sup bambu muda.

"Iya, Panpan ... kita ke rumah Pin, yuk! aku juga mau membawa petasan dan marshmallow. Nanti kita berfoto selfi." Dam ikut nimbrung. 

Panpan menjawab dengan senyum sedih. Sebenarnya dia juga mau merayakan tahun baru bersama di rumah Pin. Tapi, kasihan ibu. Sendirian di rumah. Setiap pergantian tahun, ibu merayakannya berdua Panpan saja. Memasak sup bambu, minum susu hangat, membakar marshmallow,kemudian tepat pukul dua belas ibu mengajak Panpan berdoa. Ibu selalu khusyuk ketika berdoa. 

"Panpan, doakan Ayah dan Ibu ya. Agar selalu sehat, dan banyak rejeki." Panpan hanya mengangguk. Lalu ia pun khusyuk memanjatkan doa. 

"Panpan ingin merayakan malam tahun baru bersama ayah, sekaliiii saja!" Itulah doa Panpan, setiap kali ibu mengajak berdoa di malam tahun baru.

Panpan dan Ibu sudah sampai di kantor ayah. Suasananya ramai sekali. Beberapa polisi lalu lalang. Bila berpapasan, Bapak Polisi saling menghormat dengan mengangkat tangan di atas dahi.

 "Cara menyapa yang sangat unik." Bisik Panpan dalam hati.

Ibu mengajak Panpan duduk di kursi yang tersedia. Di depan kursi ada taman dan kolam ikan. Airnya gemericik, segar sekali mendengarnya. Ibu mengambil telepon seluler. Lalu menelpon ayah. Tidak lama kemudian ayah ke luar dari pintu kantor yang amat besar itu.

"Eh, Panpan anak ayah yang baik dan tampan." Ucap ayah. 

Panpan terkejut. Dia sedang melamun tadi.  Membayangkan betapa serunya, membakar marshmallow bersama ayah di malam tahun baru. 

Ayah memeluk dan menciumi Panpan berkali-kali. Hingga membuat Panpan tertawa kegelian.  Kemudian Ayah mencium kening Ibu. Ayah, Ibu dan Panpan masuk ke ruangan kantor tempat ayah bekerja. 

"Hallo, Panpan! kamu sudah besar, ya." Sapa paman Dumdum. Dia adalah Komandan polisi, di tempat ayah bekerja. 

"Baik, Paman!" Jawab Panpan.

Ayah berpamitan kepada Pak Komandan dan teman-temannya. Hari ini Ayah mau mengajak ibu dan Panpan liburan. Sudah lama Panpan ingin melihat ikan besar di Sea World. Ayah sudah janji. Bila malam tahun baru ayah sibuk dan tidak pulang ke rumah. Berarti keesokan harinya, ayah harus mengajak ibu dan Panpan piknik ke Sea World. Dan, hari ini janji ayah benar-benar ditepati. 

Seharian Panpan menikmati indah dan serunya dunia ikan. Dia melihat banyak ikan besar di sea world. Seperti : ikan hiu, dugong, lumba-lumba, ikan pari, dan buaya. Setelah puas melihat-lihat. Mereka bertiga berfoto dengan latar ikan yang sedang berenang. Bagus sekali hasil fotonya.

 "Nanti dipajang di dinding rumah, ya." Kata Ibu.

 "Sebagai kenang-kenangan, kalau ayah adalah pria yang menepati janji." Ucap ayah sambil tertawa. 

"Tapi ayah ingkar janji." Panpan merenggut kesal. 

"Janji apa, tampan!" Ayah mencubit pipi Panpan gemas.

 "Ayah pernah janji, akan merayakan malam tahun baru di rumah, kalau tidak kebagian piket malam." Kata Panpan berbisik.

 "Iya, anak baik. Untuk tahun depan ayah akan minta ijin pada komandan deh. Agar ayah cuti piket satu kali saja untuk tahun depan." Hibur ayah, sambil mengacungkan jari kelingkingnya, mengajak Panpan menautkan jari kelingkingnya ke jari ayah.

Hari itu Panpan merasa senang sekali. Karena ayah telah menepati janjinya. Panpan berencana akan menceritakan pengalamannya hari ini. Di depan ibu guru dan teman-teman di sekolah. (*)

#Fabel Akhir Tahun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun