Aku lihat dia
Saat petang menyapa berselimut senja
Tatapnya kosong
Tularkan sunyi pada semesta
Hipnotis sepi hingga mematung
Kala itu
Adrenalin-ku kaku-kaku
Arteri rasa seperti mati
Saat dia  ambil posisi duduk mencangkung
Bertopang dagu terlihat pilu
Tangannya terlipat hingga ke pundak
Siapakah dia?
Ada tanya menjengis dalam benak
Kutepis sendiri
Ah, sudahlah apa urusanku
Tapi, hingga di ujung bulan
Lelaki tua itu tidur dalam ingatan
Saat mentari berlari
Aku antar rasa penasaran ke rumah tua itu
Hanya sekedar memastikan
Apakah dia baik-baik saja
Ataukah sepi telah menikamnya semalam?
Lelaki tua dan rumah tuaÂ
Sinergi lengkap tentang hampa
Saat waktu menagih bayaran
Atas hidup yang disia-siakan
Kini yang tersisa hanya nir
Kupanggil informasi ke kamar tanya
Harus ku ambil perhitungan dengannya
Lelaki tua itu telah mengambil kasurku
Dia penuhi semua ruang dalam memori
Dia tancapkan hegemoni keriputnya
Ke dalam hati dan jiwaku
Kata angin :
Lelaki ini adalah pencuri batin
Dia ambil hati istrinya
Untuk ditaruh dalam peti kebohongan
Hingga suatu hari
Semua wadah telah penuh
Hingga kebohongan tidak punya tempat lagi
Lelaki tua ini
Julurkan tangan sepanjang jalan
Kala orang datang dan memujinya
Tapi dia akan melipat tangan itu
Hingga ke pundak
Hanya sikut; Â dia biarkan tampak
Saat nafkah meminta jatah
Padahal, perutnya sendiri juga harus diisi
Lelaki tua ini
Hidup berdua ego
Dia tidak butuh siapa pun untuk dibahagiakan
Kecuali dirinya, dirinya, dan dirinya
Dia hanya peduli pada uban dan ikat pinggang
Apa yang orang katakan tentang busananya hari ini
Ah, aku muak
Ingin ku pukul kisah angin itu
Tidak ada lakon hidup senista ini
Kupenuhi mulutku dengan kata : Tidak mungkin!
Tidak mungkin! Tidak mungkin!
Lelaki tua itu telah membunuh hidupnya
Hari ini senja menutup pintu
Penasaran telah pulang
Tapi kasur-ku belum juga kembali
Aku masih saja insomnia
Takut dan kikuk serang aorta rasa
Hingga aku muntahkan kantuk yang menguap
Ku lihat lagi lelaki tua itu
Di atas seprai bunga ujung dipanku
Mencangkung lutut hingga ke dagu
Siluet tubuhnya memantulkan sesal
Aku bertanya pada pintu dan jendela
Siapakah dia?
Itu kamu jawab jendela murka
Lelaki tua di rumah tua bersama kisah tua!
Sumedang, Desember semakin tua 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!