Ku lihat dia duduk di kursi cantik keemasan
Kain jarik motif Trusmi-an rapih dilamban
Duduk elegan, betis sejajar serong kanan
Kebaya warna daun tua tampak menawan
Susu coklat panas terhidang di meja bundar
Taplak emas serasi kursi produk negara luar
Anggrek Emas Kinabalu eksotik dan tampak segar
Goreng pisang bentuk kipas mengundang lapar
Pagi ini, Ibu Sepuh bercerita kepada tukang sayur
Anaknya yang sulung, Abang Iban ijazahnya insinyur
Kerja proyek besar agar dapat banyak uang lembur
Tiap bulan kirim uang supaya Ibu sepuh terhibur
Aku suka dengan gaya Ibu Sepuh
Tampak eksklusif dan ningrat tidak rapuh
Bisa urus anak, hingga tiga-tiganya patuh
Kadang traveling nikmati liburan agak jauh
Hari ini, nenek suruh aku ke rumah itu
Antarkan cemilan pavorit, yakni gula batu
"Aih, Icun! kau sudah besar saja, tidak lagi banyak kutu!"
Ibu Sepuh menyambut tanganku satu-satu
Dia kembali putar rekaman cerita
Kali ini, Izzah -Si cantik putri kedua
Jadi dokter anak tinggal di kota Jakarta
Bukan saja kirim uang, kadang emas dan permata
"Aku ingin seperti, Ibu!" Gumamku
Ibu Sepuh seperti tahu, kata yang terucap di hatiku
"Icun bisa sepertiku!" Dia memberi aku sebuah buku
"Ambillah! dan tulis semua harap, usah merasa kaku!"
Pagi ini, entah kenapa alam tampak meng-abu
Hujan tipis basahi bumi segarkan tanaman labu
Rumah Ibu Sepuh tampak lengang di hari Rabu
Aku dengar isak perih, sedu pilu yang keluar dari kalbu
Desember, ujung tahun 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!