Mohon tunggu...
yati kurniati
yati kurniati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kepiawaian Sang Imam Besar Membendung Kasus Chat Sex dengan Menistakan Takbir

3 Juli 2017   14:11 Diperbarui: 9 Juli 2017   22:18 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta- Luar bisa memang kiprah Sang Imam Besar dalam membendung  kasus-kasus yang menjeratnya, ada 7 laporan polisi tetapi kali ini fokus terhadap kasus Chat Sex yang melibatkan dara cantik asal poso yang bergerak dalam suatu yayasan sekaligus murid tercinta Sang Imam Besar.

Perlu angkat jempol dan salut terhadap kepiawaian Sang Imam Besar dalam membendung kasus Chat Sex, mungkin perlu di contoh dengan membuat organisasi baru seperti GNPF-MUI, Presidium Alumni 212, dan organisasi baru lainnya buatan Sang Imam Besar, sehingga ketika organisasi semua bersuara seolah-olah elemen masyarakat banyak yang mendukungnya, padahal orangnya itu-itu saja.

Tiada lain  Imam Besar dan gerombolannya  yang setiap ucapkan kalimat kebencian selalu disertai dengan takbir seperti : “Siap bela ISIS ? Takbir ! Siap bunuh pendeta? Takbir ! Siap kepung istana? Takbir !” Bahkan ada juga anak-anak kecil yang berpawai sambil bertakbir yang kemudian diikuti kalimat : “Bunuh Ahok, Bunuh Ahok !” ujar Muhammad Zazuli, Minggu (01/07/17).

Muhammad Zazuli mengatakan  Takbir yang sejatinya adalah kalimat suci perlambang kerendahan hati terhadap kuasa Tuhan secara perlahan berubah menjadi simbolisme kekerasan yang tiap kali diucapkan justru membuat takut orang yang mendengarnya.

Selanjutnya Zazuli menegaskan Lama-lama setiap kali dengar takbir orang justru akan takut dan merasa akan terjadi suatu tindak kekerasan. Maka yang dilakukan Imam Besar itu adalah penistaan agama atau tepatnya adalah penistaan Takbir, Ujarnya Minggu (01/07/17).

Dalam pada itu Gerombolan tersebut kini berhasil ketemu Presiden Jokowi, dan telah di klaim oleh Iman Besar sang Penista Takbir bahwa itu stategi untuk membebaskan dirinya, dalihnya seperti biasa “Kriminalisasi Ulama”.  Namun jika benar-benar keinginan GNPF-MUI dikabulkan membebaskan Sang Imam Besar, negara akan rugi dan menunjukkan merosotnya kewibaan negara benar-benar terjadi.

Sekarangi ini gerombolan Imam Besar sengaja menggembor-gemborkan keadaan Indonesia tidak kondusif, padahal sejauh ini aman dan tidak terjadi apa-apa, atau jangan-jangan  tidak kondusif  dalam hal ini kasus privasinya Imam Besar terbongkar, sehingga Imam Besar sang Penista Takbir segaja membawa-bawa agama dan negara agar menggerakkan garis islam keras.

Selain itu perlu di waspadai kelompok Imam Besar  ini saat menghadapi Pilpres 2019, saya yakin Indonesia akan dibuat gaduh demi meloloskan calon pilihannya, sehingga perlu ada kewaspadaan negara apabila kasus chat sex tidak berlanjut  maka tuduhan kriminalisasi ulama dianggap terjadi. Namun, jika kasus dituntaskan sampai pengadilan masyarakat akan mengetahui siapa sebenarnya Sang Imam Besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun