Saya prihatin menyaksikan berita perseteruan anak dan orang tua. Mungkin orang tua jaman sekarang, seperti halnya saya sendiri bisa merasakan perbedaan pola asuh anak saat diasuh orang tua dengan pola asuh terhadap anak di era digital sekarang ini.Â
Pola asuh orang tua terhadap saya dan saudara -saudara saya cenderung protektif dan menempatkan diri sebagai orang tua, pelindung dan pembela. Orang tua bagi saya adalah orang yang kita sayang dan hormati. Hubungan anak dan orang tua adalah sakral.Â
Ada rasa segan, dan penghargaan yang tak terlukiskan. Juga rasa hormat. Lebih banyak patuh dan menurut. Tapi pola asuh anak, terutama gen Z, tentunya berbeda. Hubungan anak dan orang tua lebih seperti sahabat. Anak cenderung lebih bebas berekspresi dan bebas berpendapat. Melancarkan protes jika tak setuju. Bahkan terkadang kebablasan dan memperlakukan orang tua seperti temannya saja.
Minggu lalu saya bersama suami dan si bungsu  nyekar(ziarah) ke makam almarhumah Ibu mertua. Biasanya kami ziarah/nyekar menjelang hari raya, atau saat libur hari raya.
 Tapi lebaran kemarin, kami hanya mudik dan nyekar ke kampung halaman ku di Purworejo. Berhubung waktu libur mepet, akhirnya kami memutuskan untuk nyekar ke Surabaya dan Mojokerto saat libur biasa saja.
Kebetulan baru Sabtu kemarin niat kami terlaksana, mampir nyekar sambil liburan ke Malang. Kami berniat wisata camper Van di taman pinus camper Van kota batu, Malang.
Saat orang tua sudah tidak ada, biasanya Bonding anak dan orang tua terwujud dengan doa. Sebab doa bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.Â
Nyekar sendiri adalah mendoakan orang tua yang telah tiada dengan mendatangi makam nya dan menaburkan bunga di atas pusara.
Nyekar bisa jadi merupakan Bonding antara orang tua dan anak meski orang tua telah tiada di dunia. Meski begitu, ikatan batin tetap terpelihara karena sudah meresap ke dalam jiwa.