Lebih jauh lagi ditekankan, Pramuka adalah salah satu ekstrakurikuler yang bisa diikuti siswa secara sukarela.Â
Pramuka menjadi salah satu opsi ekstrakurikuler yang bisa dipilih. Jadi tidak semua siswa wajib mengikuti nya. Dengan kata lain, Pramuka tidak wajib.
Waktu saya duduk di SMP, Pramuka diwajibkan untuk semua siswa. Saat itu saya teringat dijadikan asisten pembina bayangan yang dipilih dari peringkat pararel satu sekolah dari tingkat kelas yang sama.Â
Bangga? Iya sih. Bangga kan dipilih berdasarkan rangking, meski sekarang sistem ranking dianggap menyesatkan. Hehehe...
Meski begitu, ada juga teman saya yang tidak suka dipilih sebagai asisten pembina dan mengundurkan diri. Seperti nya dia memang tidak berminat pada kegiatan Pramuka. Waktu itu dia sempat dimarahi pembina, maklumlah, saat itu jaman orde baru, ikut kegiatan Pramuka diwajibkan, dan menolak keinginan pembina dianggap kesalahan.
Bersyukur saat saya SMA, kegiatan Pramuka tidak diwajibkan. Kami bebas memilih ekstrakurikuler sesuai keinginan. Boleh satu atau beberapa. Di samping Pramuka, saya ikut PMR. Jujur saat itu saya ikut PMR karena ditunjuk pembinaannya yang merupakan guru biologi. Mungkin postur saya yang terlihat tinggi besar(padahal pendek) terlihat pas sesuai keinginan pembina. Maksudnya kuat kalau harus menolong anak-anak atau teman yang pingsan. Hihihi ..
Jadi, kegiatan Pramuka tidak wajib sudah ada sejak saya SMA.
Tapi saat anak saya duduk di MI, semua anak sepertinya diwajibkan ikut Pramuka kembali. Entah sejak kapan Pramuka kembali wajib diikuti semua siswa. Ataukah untuk SD dan SMP wajib diikuti, sedang SMA menjadi pilihan?
Berbeda dengan si sulung yang menyukai Pramuka, dan saat SMA ikut ekskul pecinta alam, si bungsu justru tidak suka kegiatan di alam bebas. Saat SMP terpilih sebagai dewan ambalan, justru sering bolos, sehingga tertinggal dari kegiatan ini. Saya dan suami membiarkan, sebab si bungsu memang tidak menyukainya.Â
Saat SMA si bungsu lebih berminat dan aktif di bidang rohis, dan menjabat sebagai ketua SKI di sekolah nya.