Sepulang belanja saya melihat ada tamu. Ternyata Pak Nanang, teman Ayah yang sudah akrab sejak mengajar di sebuah SMA swasta di Ponorogo.
Tadinya saya kira teman ayah dari Jamaah tabligh. Tapi melihat ada banyak botol jamu yang eye catching, saya jadi ingat, ini pasti Pak Nanang.Â
Pak Nanang adalah seorang pengusaha jamu yang berhasil, di samping berprofesi sebagai guru.
Sebagai pelaku UMKM yang sebagian besar goyah saat terjadi pandemi covid-19, usaha jamu Pak Nanang justru pulih lebih kuat karena jamu menjadi favorit saat terjadi pandemi covid-19.
Sampai kini, usaha jamu Pak Nanang terus berkembang karena sudah mempunyai mitra khusus yang bersedia menampung jamu yang diproduksinya. Jamoe Asli Pak Nanang ini sudah dikenal di kota Madiun.
Dulu, Pak Nanang mengajar di Tempat yang sama dengan ayah, tapi kini sudah pindah ke kota Madiun.
Kalau dolan ke rumah, Pak Nanang selalu membawakan jamu kesukaan ayah. Jamu beras kencur dan kunir asem.
Saya juga suka. Hehehe.. Pokoknya  suka jamu yang enak dan tidak pahit. Padahal dulu jamu terkenal dengan rasanya yang pahit.
"Tak jamoni tai kendhil kowe nek ndableg!"
(Kukasih jamu tai kendhil (ungkapan untuk jamu hitam pekat yang pahit) kamu kalau bandel).
Tapi kini, banyak jamu yang dikemas dengan jeruk nipis, madu dan sirup, sehingga rasa pahitnya tersamar kan.