Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Cerita Teman, Nabung Barang Bareng Pacar

7 Juni 2023   11:16 Diperbarui: 7 Juni 2023   11:51 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Siapa itu? " Tanyaku pada teman KKN yang didatangi cewek cantik. 

"Pacarku! " Jawabnya. 

Itu cerita mungkin sudah usang, tapi ternyata masih selaras dengan topik nabung bareng pacar yang dipilih Kompasiana. 

Tak lama dia mengajak pacarnya pergi. Kebetulan saat itu hari minggu, jadi saya dan teman-teman yang lain mempersilakan. 

Di antara kami bertujuh, dia termasuk yang membawa sepeda motor. Biasanya Aku dan Si Wuk yang suka pinjam motornya buat ngelayap ke mana-mana. Tapi tentunya bensinnya kami isi penuh. 

Si Wuk yang di depan, sebab punya SIM. Sedang aku nggak punya, bukan belum. Karena memang tidak berniat membuat SIM. Lha sepeda motornya nggak ada, apalagi mobil. Eh... 

Membuat SIM itu susah. Ujian tertulis belum selesai, yang lulus sdh tertulis. Eh.. Becanda. 

Belum lagi ujian prakteknya, suruh naik motor muter-muter mengitari tanda, membentuk angka 8 tanpa boleh menyenggol pembatas, berkelok-kelok banyak, baru diluluskan prakteknya. 

Padahal kalau medannya seperti itu, saya mending pilih jalan lain, ngapain juga melewati jalan seperti itu saat berkendara di jalan raya. 

Saya pikir orang mengendarai kendaraan bermotor itu pasti menginginkan selamat, punya SIM atau tidak. 

Mungkin lebih tepat kalau ujian praktek melewati treking luas dengan bermacam rambu-rambu lalu lintas,sambil diikuti penguji, apakah dia paham atau tidak dengan rambu-rambu yang ada, daripada disuruh putar-putar dan melewati jalan berkelok tanpa menyentuh pembatas dalam jalan sempit. Yang pada kenyataannya kita juga ogah lewat jalan seperti itu 

Itu yang menurut saya harus diubah. Kalau SIM seumur hidup sih tidak masalah. 

Kembali pada Si Wuk yang biasa mengendarai motor. 

Si Wuk itu lembut, langsing dan pendiam. Tapi trampil mengemudikan motor, jadi aku merasa aman membonceng di belakangnya. 

Nah,sekarang fokus ke temanku yang baru pulang pacaran. Sebut saja namanya Dono. 

Pacarnya juga sudah pulang, saatnya ngerjain nih anak. 

"Pacarmu cantik, " Kataku iseng. 

"Jelaslah! Pacar siapa dulu..! " Katanya bangga. 

"Preeettttttt!!!! Kami semua kompak meneriakkan begitu. Hahaha.. 

Ini anak memang agak nyebelin. Tak heran kami semua sedikit ilfil. 

Ceritanya kan kita lagi KKN. Nah, di waktu KKN ini, kami diberi libur 2 minggu karena melewati bulan Ramadhan. 

Kami libur seminggu sebelum idul fitri, dan seminggu sesudahnya. 

Eh, dia datangnya 2 minggu setelah idul fitri.

 Alasannya lupa! (Duh, wong lagi KKN kok bisa lupa. Sampai seminggu, lagi. Sungguh terlalu!!!) 

Mirip para terdakwa dan saksi di pengadilan saat ditanyai kesaksiannya, jawabannya lupa! 

Mungkin karena dia dari fakultas hukum,jadi jawabannya begitu. 

Padahal saat itu kita belum ada yang punya HP. Tahun 90 pertengahan. Bisa ngebayangin kan situasinya. Tidak ada yang bisa menghubungi. 

Untung Pak Lurah tempat kami KKN dan kami sendiri, sebagai teman-teman KKNnya tidak melaporkan ke kampus. Bisa-bisa didiskualifikasi KKNnya dan harus mengulang periode depannya. 

Teman-temanku sudah sebal semua. Saat kami sudah bergelut dengan banyak program KKN yang harus dijalankan, dia masih enak-enak tidur di rumah. 

Mereka mendiamkan, cuma aku saja yang nggak tega, tetap mengajaknya bicara. 

"Kami sudah serius pacaran, " Katanya bercerita padaku. 

"Maksudnya sudah seperti suami istri? "

Tanyaku oon. 

" Tidak. Eh iya! " Jawabnya tergagap. 

"Maksudnya seperti suami istri itu apa? " Tanyanya mendelik. 

Tapi aku ikut melotot tanpa dosa sambil nyengir kuda. Berani bener melototin aku, hehehe. 

"Kami sudah mulai menabung, " Lanjutnya lagi. 

"Buat nikah? " Tanyaku lagi dengan polosnya. 

"Iya! " Aku juga sudah mendandaninya! " Katanya lagi. 

"Memangnya rusak kok didandani? " Tanyaku cuek. 

(Jawa : didandani = diperbaiki) 

Dia kembali mendelik, aku terkikik-kikik.

Tapi dia masih punya nyali untuk berbicara lagi. 

"Aku sedikit-sedikit sudah mencicil membelikan cincin, juga gelang emas. Kita lagi menabung juga untuk membeli kalung, untuk saserahan kalau kami menikah nanti! "

Aku melongo. Masih kuliah, ngapain beli-beli perhiasan. Aku malah risih ngebayangin perempuan dengan banyak perhiasan. 

Maklum aku orangnya tomboi. 

"Perempuan itu harus didandani, biar tidak malu-maluin kalau diajak resepsi, ke nikahan, atau berkumpul dengan teman sejawat kalau sudah kerja! " 

Katanya lagi penuh kebanggaan. 

Dokpri
Dokpri

Mungkin dikiranya aku kagum dan takjub. Padahal aku menatapnya sambil berpikir, "Kurang kerjaan nih, orang! " Aku sih nggak kepengin sama sekali sama perhiasan. Bikin risih dan gatal. Perhiasan yang kupakai juga cuma cincin dan anting. 

"Kami juga sudah mencicil peralatan rumah tangga! "

"Apa itu? " Tanyaku semakin heran. 

(Duh, peralatan rumah tangga kan murah, buat apa ditabung sejak sekarang?) 

"Aku sudah membeli panci sama termos, " Katanya. 

"Hah, buat apa barang kaya gitu dibeli sekarang? "

"Nih, cobek sama uleknya ditabung sekalian! " Indro tiba-tiba datang dari dapur sambil membawa cobek dan uleknya. 

"Hahaha..! Kami ngakak bareng. 

" Nih, dandang! " Si Wuk yang pendiam ikutan konyol. 

"Nih serbet, buat hantaran! " Vonny nggak mau kalah. 

Sementara Kasino hanya geleng-geleng kepala. 

Erna yang baik hati, dan selalu mengalah sudah membawa nampan dengan 7 gelas es teh sesuai jumlah kami. 

Akhirnya kamu membuat rujak bersama-sama, sambil bercanda. 

Itu adalah cerita puluhan tahun yang lalu saat kami KKN di sebuah desa di Kecamatan Nguter, Sukoharjo. 

Dokpri
Dokpri

Sayangnya setelah lulus kuliah, kami kehilangan kontak, dan tidak tahu, apakah Dono jadi menikah dengan pacarnya atau tidak. 

Semoga mereka benar-benar menikah, dan berbahagia sampai sekarang dan seterusnya. 

Tentunya lucu membayangkan jika mereka putus, harus bagi-bagi cobek, wajan, panci,  dandang, termos, sebagai harta gono gini (Duh, jadi ketawa sendiri nih ngebayangin nya! Kaya tukang kredit keliling. Eh...) 

PS : Buat teman2 KKN di desa Pondok, di mana saja kalian sekarang? Semoga semua sukses. Miss u all.... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun