Manco.Â
Kue unik ini mungkin jarang yang mengenali.Â
Makanan khas warisan nenek moyang, yang menurut mitosnya, tidak bisa dibuat di daerah manapun kecuali Desa Tambak Mas, Kebonsari, Madiun.Â
Pada jaman Kerajaan Gelang-gelang  yang disinyalir berpusat di Dolopo, kue manco ini biasa disajikan untuk keluarga kerajaan Gelang-gelang.Â
Kerajaan Gelang-gelang ini pernah ada di Dolopo karena telah ditemukan Situs Ngurawan di Desa Doho, Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.Â
KERAJAAN GELANG GELANG
Kerajaan Gelang-gelang diduga berada pada abad ke-13.Â
Raja Jayakatwang yang memerintah kerajaan Gelang-gelang wafat pada tahun 1293.Â
Kerajaan  Gelang Gelang berada di Dusun Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.Â
Keberadaan Ngurawan dan Gelang Gelang secara jelas termuat dalam prasasti Mula Malurung bertarikh 1255.
 Prasasti ini antara lain menyebut  Jayakatwang sebagai kemenakan sang prabu Seminingrat sekaligus menantunya.
 Ini dikarenakan  Jayakatwang adalah putra mahkota raja Kediri Sastrajaya.Â
Pada masa itu Kertanegara jadi raja Daha atau di timur sungai Brantas, sementara Sastrajaya jadi raja Kediri di barat sungai Brantas.
Baru pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya bernama Jayakatwang [Buku Girindra: Pararaja Tumapel-Majapahit].Â
Pada tahun 1292, Jayakatwang yang berkuasa atas Kediri dan Gelang Gelang berhasil menghancurkan pemerintahan Kertanegara di Singasari.
Tapi setahun kemudian Jayakatwang dihancurkan Raden Wijaya.Â
Sejak saat itu perlahan keberadaan Gelang Gelang surut.
 Ketika Majapahit berdiri, bekas wilayah Gelang Gelang berganti nama sebagai keraton Pandan alas.Â
Kembali pada kue manco yaaa..Â
Sedangkan kue manco ini sendiri, dibuat di Desa Tambakmas yang terletak di Kecamatan Kebonsari. Arahnya ke Barat jika ditelusuri dari arah Dolopo.Â
Menurut keterangan tetua, Kue Manco yang manis dan lengket ini melambangkan hubungan yang erat(lengket) antar masyarakat yang terjalin manis dan harmonis.Â
Bahan kue manco ini terdiri dari tepung ketan, gula jawa, dan tepung beras.Â
Proses pembuatan kue manco ini masih dilakukan secara tradisional. Kecuali, dalam pembuatan tepungnya digiling pakai mesin.Â
Bahan kue manco ini setelah setengah jadi kemudian dijemur. Tapi tidak sampai kering.
 Kemudian diangkat dan dipotong berbentuk segitiga. Setelah itu dijemur lagi sampai kering.Â
Setelah kering kemudian digoreng. Saat matang kue manco dilumuri cairan gula jawa.Â
Kue manco setelah digoreng bentuknya akan mengembung. Setelah dilumuri cairan gula jawa baru diberi topping, bisa wijen, kacang, dan lainnya.
Kue Manco original, biasanya digulingkan dalam butiran beras seperti butiran rengginang.
 Tapi dalam perkembangannya, Manco juga dibuat dengan toping kacang dan wijen.Â
Di masa sekarang, kue Manco juga sering dipergunakan dalam hantaran pernikahan, atau buah tangan saat lamaran.Â
Filosofi kue Manco yang lengket dan manis ini tentunya sangat cocok dipergunakan sebagai buah tangan saat 2 buah keluarga akan disatukan dalam sebuah ikatan kekeluargaan bernama pernikahan.Â
Mempersatukan salah satu anggota keluarganya, juga seluruh keluarga besar dalam hubungan yang lengket dan manis.Â
Jadi pemberian buah tangan dengan kue Manco ini penuh filosofi dan harapan yang luhur. Begitulah nenek moyang kita yang Arif dan bijaksana. Halus dalam mengekspresikan rasa, lembut dan bersahaja.Â
Mengetahui kearifan lokal yang tersembunyi dalam sebuah kue Manco, warga tambak mas senantiasa melestarikan kue legendaris ini.Â
Banyak industri rumahan dalam bingkai UMKM yang tetap memproduksi kue Manco hingga sekarang di Desa Tambak Mas.Â
Bahkan kue manco menjadi salah satu kue oleh-oleh khas Madiun yang banyak dicari dan tersedia di outlet-outlet pusat oleh-oleh dan jajanan khas Madiun.Â
Kue manco sudah didistribusikan di area kota madiun, ponorogo, ngawi, magetan, bahkan sampai solo.Â
Untuk itu, dalam memperingati HUT 77 RI, diadakan festival kue Manco dan kirab.
Kue manco disusun berbentuk gunungan dan dikirab dari lapang 1 tambak mas ke lapangan 2.
Acara Festival dan kirab kue Manco ini akan saya ulas besok dalam artikel tersendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H