Nguiiinnggg.... Nguiiinggg.... Kloneng. Kloneng. Kloneng....Â
Pukul sepuluh tepat terdengar suara sirine dan lonceng gereja yang berlokasi tak jauh dari balaikota.Â
Lalu lintas terhenti. Semua menghentikan aktifitas sejenak untuk menghormati dan mendoakan para pahlawan kita yang telah gugur saat merebut  dan mempertahankankan kemerdekaan.Â
Saya berlari kecil ke arah balai kota Madiun. Tadinya saya kira sedang diadakan upacara, ternyata upacaranya di alun-alun. Lumayan jauh.Â
Tapi suasana hening. Lalu lintas sepanjang jalan pahlawan dihentikan sejenak untuk mengenang detik-detik proklamasi.Â
Beberapa menit kemudian lalu lintas kembali normal. Saya menyusuri jalan pahlawan tepat di depan balai kota Madiun.Â
Ada beberapa penjual pecel pincuk berbaju lurik dan beberapa berkostum nuansa merah putih.Â
Pantas tadi sering berpapasan banyak orang membawa pecel pincuk untuk dibawa dan dimakan di tempat duduk dengan payung-payung yang banyak terdapat di pinggir jalan. Ternyata ada yang menjual pecel pincuk di trotoar.Â
Tapi... Sebentar. Mata saya tertuju pada spanduk yang banyak terdapat di pinggir jalan. Mari kita baca, ada apa denganmu, eh....Â