Awalnya, saya tidak begitu tertarik ketika suami bercerita tak jelas ujung pangkalnya tentang ajudan seorang jendral yang baku tembak dengan sopir istri seorang jendral. Itu berita awalnya.Â
Ah, paling perselingkuhan yang berakhir dengan baku tembak karena sama-sama mempunyai senjata, batin saya.Â
Bahkan dengan judul "polisi tembak polisi pun " Saya tetap tidak tertarik dengan kasus seperti ini.Â
Sepertinya hal seperti itu biasa terjadi, bahkan dalam berita gosip dan gibah.Â
Saya sempat heran, ketika ada seorang kompasianer yang hanya mengunggah foto-foto istri sang Jendral yang dikabarkan mengalami pelecehan, kontennya dilihat oleh ribuan, puluhan ribu, atau bahkan ratusan ribu hanya dalam waktu beberapa jam.Â
Itupun saya masih belum tertarik. Saya anggap masih berupa berita gibah yang tidak ada gunanya.Â
Meski hampir semua artikel yang memuat berita kasus brigadir J, bharada E menarik ribuan pembaca, saya tetap tidak tertarik.
Saya mulai ikut-ikutan membaca berita ini ketika ditemukan kejanggalan kasus ini dan menjadi kasus tak biasa, karena semakin kompleks dan dramatis, penuh misteri. Dari ditemukannya fakta kondisi jasad brigadir J yang penuh luka, bahkan ada luka sayatan seperti dianiaya, kasus ini menjadi menarik karena terjadi kejanggalan. Mungkin hanya detektif sekaliber Sherlock Holmes atau malah detektif Conan yang bisa mengungkap kasus ini, hehehe...Â
Kisah drama ini mulai menemui titik terang ketika Irjen Ferdy Sambo yang semula menjadi tersangka karena pelanggaran kode etik, berubah menjadi tersangka pelaku, atas pengakuan Bharada E. Kasus seolah sudah terungkap.Â
Tapi ketika kasus ini menjadi dasyat dan melibatkan banyak personil di tubuh polri, pertanyaan yang mendasar kembali muncul. Apa motif di balik kasus ini? Siapakah brigadir J yang membuat puluhan anggota polri kalang kabut dan terlibat dalam persekongkolan untuk menghabisinya?Â