Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tamu dari Yaman

15 Agustus 2022   11:55 Diperbarui: 15 Agustus 2022   12:26 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Agustus sudah berlangsung sekitar 2 pekan. Seperti biasanya, suasana menyambut kemerdekaan mulai terlihat. Dari pemasangan umbul-umbul sampai lampu LED yang berpendar indah bergerak ritmis memanjakan mata. 

Semakin mendekati hari peringatan proklamasi, lomba-lomba yang kreatif, unik dan lucu akan kembali dilaksanakan. Mungkin di artikel yang akan datang saya akan mengulas lomba panjat pinang, memecah air warna warni dalam plastik, dan lomba menangkap ikan lele yang seru dan menghibur. 

Namun, tak kalah dengan gebyar material  menata lingkungan RT, RW maupun desa dan seterusnya, bidang spiritual tak mau kalah ikut unjuk gigi. 

Sekitar awal Agustus yang lalu, di dukuh ndruju, Desa Singgahan Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun diselenggarakan Pengajian Suran (bulan suro) dan peringatan hari kemerdekaan ke-77 RI. 

Acara yang bertajuk Pengajian Suran dan Agustusan ini menghadirkan pembicara dari Kota Solo, yaitu :
Habib Muhammad Bin Yahya Baraqbah dari solo. Dan dilaksanakan di Lapangan Druju Singgahan Kebonsari, madiun. 

Pengajian Syuran dan Agustusan (dokumentasi mbah Kung) 
Pengajian Syuran dan Agustusan (dokumentasi mbah Kung) 

Beliau, Sang Habib dalam Tausiyahnya sejenak bercerita, saat mendapat tamu dari Yaman yang diajak berwisata ke tawangmangu, belum sampai lokasi sudah minta turun. Tak sabar melihat jernihnya air sungai yang mengalir di pinggir jalan, turun ke sungai dan "keceh" (main air) di sungai, yang bagi rakyat Indonesia tentunya sungai yang mengalir di sepanjang perjalanan itu adalah hal biasa yang bisa ditemui di hampir semua tempat. 

"Masya Allah.. masya Allah." Rakyat Indonesia nantinya semua masuk surga. 

"Aamiin..Alhamdulillah, desis Sang Habib. 

Baca juga: Aku (Ingin) Merdeka

" Tapi masuk surga nya belakangan, kata sang tamu, "

"Lho... Bagaimana bisa begitu? "

"Sebab di dunia saja rakyat Indonesia sudah berada seperti di surga. Alamnya sungguh indah dan kaya akan hasil alam yang melimpah. Masya Allah... 

Nah tuh kan. Terkadang kita yang tinggal di Indonesia justru lupa bersyukur. Padahal rakyat negara lain justru terpesona dan kemlecer dengan keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Apalagi kalau mampir di pasar tawangmangu yang dipenuhi buah surga. (Konon katanya, pisang adalah salah satu buah yang ada di surga) pasti semakin sering memgucap masya Allah..... 

Lebih lanjut Sang Habib menceritakan, bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terlaksana dengan dukungan para pejuang muslim. Bagaimana berusaha mengikuti Ibu Fatmawati menjahit bendera dari kain yang dipunya untuk dikibarkan beramai-ramai. 

Negara ini terbentuk tak lepas dari peran para pejuang muslim. Karena itu, mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa ini dan kedaulatan Wilayah NKRI. 

Sang Habib juga mengajak para orang tua menanamkan ilmu agama dan mengamalkan al-qur an sedari kecil. 

Acara diawali dan diakhiri dengan sholawat Nabi. 

Allahuma sholi ala Muhammad, Allahuma sholi alaalahi  wassalim.... 

Merdeka!!! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun