Awalnya saya heran, kenapa teman-teman kompasianer banyak yang menulis tentang kebajikan. Ternyata ada kompetisi dengan tema" Perubahan itu pasti, kebajikan harga mati.
Kakak saya juga pernah bertanya, apa beda kebaikan dan kebajikan. Apakah sama?Â
Saya sendiri mungkin kurang paham arti kebajikan yang dimaksud. Tapi saya ingat, ada sebuah dongeng yang pernah saya baca tentang kebajikan, tapi saya lupa, di majalah apa saya baca.Â
Yang saya ingat tentu cuma garis besarnya, dan makna inti dari kebajikan. Tapi saya akan menceritakan sendiri menurut versi saya.Â
Syahdan, tersebutlah Kerajaan bernama Jaya Dwipa. Rajanya sangat adil bijaksana, dicintai rakyatnya, dan disegani kerajaan-kerajaan di sekitarnya, bahkan kerajaan yang menjadi musuhnya.
 Sang Raja bernama Dharma, sedang putranya diberi nama Bharata.Â
Bharata tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan sehat. Raja Dharma meminta para prajurit nya menggembleng olah kanuragan, ketrampilan dan keahlian untuk Pangeran Bharata, Sang Putra Mahkota.Â
Sekian lama berlalu, Raja Darma mulai menua, sedang Pangeran Bharata tumbuh dewasa menjadi laki-laki kuat dan tak terkalahkan.Â
Kemampuannya mumpuni, bahkan Pangeran kerajaan yang berbatasan dengan Jaya dwipa, kerajaan Antah Berantah yang bernama Pangeran Jumawa pernah menantang Pangeran Bharata untuk berduel. Tapi Pangeran Bharata bisa mengalahkan Pangeran Jumawa dengan mudah.Â
Sebenarnya Pangeran Bharata mengajak Pangeran Jumawa untuk berlatih bersama, tapi Pangeran Jumawa menolak.Â
Pangeran Jumawa justru mencari cara untuk mengalahkan Pangeran Bharata, bahkan pernah berniat membunuhnya, tapi gagal.Â
Pangeran Jumawa menyimpan dendam, dan bertekad, suatu saat dia harus bisa membunuh Pangeran Bharata.Â
Berbagai tipu muslihat dilakukan untuk melenyapkan Pangeran Bharata, tapi selalu gagal, sehingga kedua kerajaan menjadi bermusuhan.Â
Suatu hari, Raja Dharma memanggil putranya, Pangeran Bharata.Â
"Putraku Pangeran Bharata, kamu sudah dewasa, dan ayah juga mulai menua. Sudah saatnya kamu belajar ilmu mengelola kerajaan.Â
" Ayah sudah membekalimu dengan bermacam olah kanuragan, kini Ayah ingin kamu menjalankan tugas yang ayah berikan. Keluarlah dari istana, bawa perbekalan yang cukup, dan berbuatlah kebajikan.Setelah merasa cukup, pulanglah! "
"Sendika dhawuh, Ayahanda. Ananda Bharata akan melaksanakan tugas dari Ayahanda.
Bharata pergi meninggalkan istana. Dia menyamar dengan baju yang biasa dikenakan rakyat jelata di wilayah kerajaan miliknya.Â
Saat beristirahat di suatu tempat, Bharata bertemu seseorang yang sama-sama melepas lelah di bawah pohon.Â
Orang itu terlihat kelelahan. Tapi sepertinya tidak membawa bekal.Â
Bharata membagi bekalnya dengan orang itu, yang juga rakyatnya.Â
"Mari kita makan bersama, Pak! Kebetulan saya membawa bekal banyak, "
Bharata mempersilakan orang itu untuk mengambil bekalnya lebih dulu.Â
"Silakan dipilih, Pak. Apa yang bapak suka boleh diambil!"
Orang itu langsung menyambar bekal Bharata, dan memakannya dengan rakus, hingga hanya tersisa seperempat nya.Â
Bharata hanya tersenyum," mungkin bapak itu kelaparan, " Bisik hatinya.Â
Setelah kenyang, orang itu bercerita kalau habis dirampok. Semua bekal dan harta yang dimilikinya habis dirampok. Padahal dia sudah sekian lama bekerja di kota, dan berniat pulang menjenguk keluarga nya, tapi semua hilang direbut perampok.Â
Bharata menjadi iba.Â
"Saya antar pulang, Pak. Dan terimalah sedikit hadiah dari saya untuk keluarga Bapak. Mungkin bapak juga bisa menunjukkan tempat di mana Bapak dirampok, nanti Bapak Saya bantu! "
" Anak muda, sungguh mulia, akal budimu. Saya sangat berterima kasih, " Orang itu memeluk Bharata saking gembiranya sambil menangis.Â
Bharata hanya tersenyum. Setelah mengantar orang itu bertemu keluarga nya, Bharata bergegas  menuju tempat yang sering terjadi perampokan.Â
Bharata bisa mengalahkan semua perampok, dan menyuruh mereka bertobat. Bharata memberikan sisa harta yang dibawanya kepada perampok yang insyaf untuk modal berdagang.Â
Para perampok berjanji pada Bharata untuk berhenti merampok dan mencari nafkah yang tidak melanggar hukum.Â
Raja Dharma manggut-manggut mendengar cerita perjalanan putranya. Tapi terlihat belum puas.Â
"Bharata putraku, apa yang kamu lakukan, semua itu adalah kebaikan. Tapi semua yang kamu lakukan juga menjadi tanggung jawab dan kewajiban seorang Raja.Â
Saat kamu menjadi raja nanti, pastikan rakyatmu tidak ada yang kelaparan, dan mempunyai mata pencaharian yang baik. Keamanan juga harus kamu perhatikan.Â
"Pergilah ke sisi lain wilayah kerajaan, dan berbuatlah kebajikan! "
"Baik ayahanda, ananda Bharata akan kembali melaksanakan tugas dari ayahanda.Â
Setelah cukup beristirahat beberapa hari, Pangeran Bharata kembali meninggalkan istana untuk berbuat kebajikan sesuai permintaan ayahanda nya.Â
Berlawanan dengan arah yang dituju sebelumnya, Pangeran Bharata menjumpai kerumunan orang yang sedang membangun sebuah pasar dan tempat ibadah.Â
Pangeran Bharata segera menyumbangkan harta yang dibawanya, dan menyisakan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan nya sendiri. Diapun ikut berbaur dengan rakyatnya bergotong royong membangun pasar dan tempat ibadah sampai selesai.Â
Rakyatnya tidak ada yang mengenalinya, karena dia menyamar dan mengaku sebagai musafir.Â
Rakyatnyapun menyambut baik Bharata, karena ringan tangan membantu dan menyumbangkan kepingan uang emas yang banyak dari bekalnya.Â
@@@
"Bharata, kamu telah melaksanakan tugas ayah dengan baik. Tapi membangun perekonomian rakyat dan memperhatikan kesehatan spiritual juga kewajibanmu sebagai seorang raja kelak, sekarang pergilah ke perbatasan dan berbuatlah kebajikan! "
Seminggu kemudian, Pangeran Bharata berjalan ke arah perbatasan. Daerah perbatasan merupakan hutan liar yang penuh binatang buas.Â
Saat Pangeran Bharata melintasi hutan, terdengar suara minta tolong.Â
"Tolooong....! "
Pangeran Bharata terkejut. Suara itu terdengar akrab di telinganya. Ternyata pendengarannya tak salah. Terlihat Pangeran Jumawa berteriak ketakutan dan tak berdaya. Tubuhnya dililit ular besar yang mengerikan.Â
Jika Pangeran Bharata mendekat, bisa jadi Pangeran Bharata juga akan diserang ular besar dan ganas itu.Â
Rasanya tidak ada gunanya menolong Pangeran Jumawa yang selalu berusaha membunuhnya. Ini justru momen menarik untuk mengalahkan Pangeran Jumawa yang sebentar lagi akan ditelan bulat-bulat oleh ular raksasa.Â
Pangeran Bharata segera maju menusukkan kerisnya ke mata ular besar itu, yang segera melepaskan lilitannya pada tubuh Pangeran Jumawa karena kesakitan, tapi berubah kalap dan menyerang Pangeran Bharata.Â
Pangeran Bharata yang kewalahan tiba-tiba terlempar akibat serangan ekor ular yang mengamuk.Â
Mulut ular raksasa itu siap melahap Pangeran Bharata, tapi sepucuk tombak mengenai perut ular yang menggelepar-gelepar, melemah, dan mati.Â
Ternyata Pangeran Jumawa yang telah melemparkan tombak untuk membunuh ular raksasa.Â
"Pangeran Jumawa berlari memeluk Pangeran Bharata dan berterima kasih.Â
" Terima kasih Pangeran Bharata, maafkan saya yang selalu berniat buruk. Mulai sekarang, saya akan bersahabat dengan Pangeran.Â
"Terima kasih Pangeran Jumawa, mari kita menghadap Ayahanda Raja Dharma. Kita harus memberitahu kan pada Ayahanda, agar kerajaan kita menghentikan permusuhan dan berdamai.Â
@@@
Raja Dharma manggut-manggut senang. "Anakku, kamu telah melakukan kebajikan, seperti yang ayah maksud. Ingat-ingat itu. Ayah akan secepatnya menyerahkan takhta padamu.Â
" Pangeran Jumawa, jadilah Raja yang adil dan bijaksana. Semoga kerajaan kita akan bersahabat selamanya, bersanding dengan damai, dan rakyat kalian makmur sentosa.Â
Raja Dharma tersenyum, dan tidak ragu lagi menyerahkan takhta kerajaannya pada sang Putra, Pangeran Bharata.Â
Pangeran Jumawa yang dulu memusuhinya, telah menjadi sahabat Pangeran Bharata, atas kebajikan yang telah dilakukannya...Â
Sudah bisa membedakan kebaikan dan kebajikan?
Semoga kebaikan yang kita lakukan berulang-ulang akan menjadi kebajikan juga. Terimakasih.Â
Semoga bermanfaat...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H