Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Minimalis, Stoa dan Qana'ah, Membuat Hidup Nyaman dan Ayem

12 Juli 2022   12:27 Diperbarui: 12 Juli 2022   12:41 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stoik dan Qana'ah. Meski cuma ngopi, yang penting hidup ayem dan bahagia. Pak Priya dan Pak Joko (dokpri) 

Gaya hidup minimalis. Peliittt...!!! Bisa jadi ya, bisa jadi tidak!

Saya mungkin termasuk orang yang selama ini menerapkan gaya hidup minimalis. Pelit? Tergantung pola pikir masing-masing kalau ini. 

Terkadang, saya mungkin terlihat aneh. Ada yang menganggap saya terlalu sederhana. Bahkan ada orang yang bilang, kalau untuk diri sendiri saja pelit, apalagi buat orang lain? 

Baca juga: Qana'ah Sang Bakri

Mungkin benar, tapi pelit menurut standar orang lain, tentunya berbeda dengan pelit untuk standar diri sendiri.

Waktu anak-anak kecil, keduanya bersekolah di PAUD yang sama. Kebetulan jarak sekolah dengan rumah kontrakan cukup jauh, sekitar 1 km, sedang sepeda motor cuma ada satu, dan dipakai suami. 

Setiap pagi, saya antar kedua anak saya dengan berjalan kaki. Selepas subuh saya sudah membuat sarapan dan mempersiapkan bekal untuk anak-anak. 

Anak-anak saya patuh, mau diantar jalan kaki, tapi ada juga orang yang mengomentari. 

Saat itu, kami melewati rumah yang sedang dibangun, kulinya langsung nyeletuk, "Anakku tuh, kuantar pakai sepeda motor, kukasih uang saku banyak, tetap nggak mau sekolah, ini anak-anak kecil malah disuruh jalan kaki, ".

Aku diam saja, untung anak-anak ku nggak paham, karena orangnya berbicara memakai bahasa daerah, sedang anak-anakku saat itu lebih paham bahasa Indonesia,meski sekarang mereka sudah bisa berbahasa krama, jadi tidak berpengaruh. 

Ada juga yang bilang, " Wong sekarang pakai uang 500 ribu saja sudah bisa membawa pulang motor, kok betah-betahnya jalan kaki, ".

Saya cuma nyengir. Memangnya setelah uang 500 ribu tidak perlu mengangsur, hihihi... 

Usul yang bagus sih, tapi saat itu kami sedang membangun rumah on going yang butuh biaya tidak sedikit, jadi dana masih terfokus ke situ. Rasanya tak ada gunanya menjelaskan hal-hal seperti itu pada orang lain yang tidak berkepentingan, jadi cukup disenyumin. 

Sampai sekarang, saya membiasakan diri memanage keuangan dengan skala prioritas dan disesuaikan kebutuhan.

Sampai saat mengkuliahkan anak-anak yang hanya berjarak 1 tahun, sedang yang bekerja hanya suami, tentu saja agak berat jika dipikir, tapi kenyataan nya, semua sudah kami jalani dengan lancar. 

Managemen keuangan dan gaya hidup minimalis sudah pasti kami jalani.

1. Uang sertifikasi suami, kami cadangkan untuk UKT anak-anak. 

2. Gaji ke-13 dan THR, kami cadangkan untuk biaya kost anak-anak. 

3. Gaji bulanan dibagi 5. 

- 2 bagian untuk biaya kost anak-anak berdua. 

-2 bagian untuk biaya hidup sehari-hari saya dan suami. 

- 1 bagian untuk tabungan dan dana darurat. 

Jika ada rejeki tambahan, bisa buat  refreshing dan membeli barang-barang kebutuhan yang mendesak.

Apakah saat itu kami merasa hidup terasa berat dan susah? Bagi saya jawabnya tidak. Mungkin itu karena saya merupakan salah satu Stoa, meskipun istilah itu saya ketahui baru-baru ini meskipun sudah saya jalankan sejak lama. 

Stoik dan Qana'ah. Meski cuma ngopi, yang penting hidup ayem dan bahagia. Pak Priya dan Pak Joko (dokpri) 
Stoik dan Qana'ah. Meski cuma ngopi, yang penting hidup ayem dan bahagia. Pak Priya dan Pak Joko (dokpri) 

Kaum Stoa, adalah sebutan untuk orang yang menganut filosofi atau filsafat stoikisme. 

Stoikisme merupakan salah satu aliran filsafat Yunani Kuno yang sangat sederhana.

Stoikisme adalah cara hidup yang menekankan dimensi internal manusia, seorang Stoik dapat hidup bahagia ketika ia tidak terpengaruh oleh hal-hal di luar dirinya.

Seorang Stoa atau stoik menjalani hidup nyaman tanpa terpengaruh kehidupan orang lain.

Ketika ingin membeli motor, bukan karena malu atau ikut-ikutan karena orang lain banyak yang membeli motor. Tapi seorang stoik membeli motor karena dia memang membutuhkan dan mempunyai kemampuan untuk membeli, sehingga tidak terbebani. 

Pilihan membeli motor pun bukan karena biar dianggap hebat dengan motor yang mahal dan mengangkat gengsi, tapi lebih karena memang membutuhkan. 

Jikalau membeli yang mahalpun bukan tujuan pamer atau menaikkan gengsi, tapi karena kualitas yang bisa membuat awet atau memang membutuhkan kemampuan mesin untuk menunjang kegiatan sehari-hari, dan karena memang mempunyai kemampuan untuk membeli yang mahal. 

Dalam hubungannya dengan pengendalian emosi, kaum stoik bisa mengurangi emosi-emosi negatif seperti marah, stres, sedih dan galau. Bagi mereka, emosi negatif itu bisa diobati dengan filosofi.

Bila ada keinginan marah, maka penyebab amarah akan dinetralisir. Misalnya marah karena direndahkan. Lebih baik menjauhkan diri dari yang merendahkan, sambil berpikir, orang yang suka merendahkan orang lain sesungguhnya orang yang jauh lebih rendah dan kehilangan rasa percaya diri. Jadi tidak perlu dimarahi, cukup dimaklumi. 

Apabila mengalami stres, cukup dicari pangkal stres. Apakah karena tidak punya uang? 

Kalau ingin mendapatkan uang, kita harus bekerja. Dan itu cukup dilakukan dengan bahagia, jangan dijadikan penyebab stres. 

Galau karena merasa tidak seberuntung teman-teman yang mempunyai karir bagus dan berkecukupan?

Syukuri dan nikmati saja apa yang ada dalam diri. Bisa jadi karir bagus juga menuntut tanggung jawab besar dan totalitas dalam menjalankan pekerjaan. 

Sedang kita bisa menikmati setiap pekerjaan dengan hasil yang tidak berlebih, tapi cukup dan memberikan kenyamanan dan kebahagiaan. 

Rasa bahagia dan nyaman itu terwujud karena rasa penerimaan diri seutuhnya dan rasa Qana'ah.

Qana'ah adalah selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki, baik kemampuan, keahlian, atau ketrampilan, maupun harta yang dipunyai.

Cukup di sini bukan berarti puas dan malas. Tapi tetap mengembangkan diri dan berusaha mencari rezeki. 

Qana'ah dengan hasil yang didapat. Mensyukuri, memanfaatkan dan menikmatinya. 

Menikmati secukupnya, berbagi pada yang membutuhkan sesuai kemampuan, dan menyisihkan untuk kondisi darurat. 

Kurang apalagi? Dengan hidup minimalis, menikmati sedikit di bawah kemampuan yang kita miliki, sehingga tidak tekor akan membuat kita relax. 

Menjadi kaum stoik dengan menikmati hidup tanpa mengikuti standar orang lain, menikmati hidup sesuai keinginan asal tidak merugikan orang lain akan membuat kita menjadi manusia merdeka.

Selalu Qana'ah akan membuat kita merasa cukup, nyaman dan bahagia menjalani hidup.

Tidak percaya? Coba saja, hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun