Diproyeksikan, konsumsi bahan bakar bersubsidi seperti solar dan pertalite akan melebihi kuota sampai akhir tahun. Hal ini dipicu kenaikan harga pertamax, yang membuat pengguna pertamax beralih ke pertalite.Â
Untuk itu pemerintah akan menerapkan beberapa langkah agar kuota tidak jebol dan penerima BBM subsidi tepat sasaran, salah satunya menggunakan aplikasi MyPertamina.
Untuk diketahui, My Pertamina sendiri merupakan aplikasi layanan keuangan digital dari Pertamina dan BUMN yang terintegrasi dengan aplikasi LinkAja.
Aplikasi ini digunakan untuk pembayaran BBM secara non-tunai di SPBU Pertamina, lalu setiap kali transaksi menggunakan aplikasi My Pertamina, berhadiah poin yang dapat ditukarkan ke beragam voucher mitra Pertamina,seperti merchandise eksklusif, dan lainnya.Â
Komisi VII DPR RIÂ mendukung langkah pemerintah terkait implementasi pelaksanaan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi secara tertutup yang akan memanfaatkan infrastruktur digital.Â
Sebelumnya, diberitakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan jika harga Pertalite tidak akan mengalami kenaikan pada 2022 (kompascom.com).Â
Lanjutnya lagi, pemerintah sudah menambah anggaran subsidi energi sebesar Rp 74,9 trilliun menjadi Rp 208,9 trilliun, sehingga pertalite tidak diubah harganya.Â
Kalau masyarakat kemarin mudik dengan mobil menggunakan Pertalite itu adalah bentuk kompensasi yang harus dibayar pemerintah kepada pertamina( Sri Mulyani).Â
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan saat ini siapa saja bisa bebas mengisi solar. Tapi saat pembelian menggunakan aplikasi diberlakukan, yang  berhak mengisi solar bersubsidi hanya yang melakukan registrasi di aplikasi MyPertamina, dan telah terverifikasi oleh BPH Migas..Â
Begitu pula dengan pertalite yang masih akan dikaji dengan pihak-pihak terkait, termasuk pertamina.Â
Namun demikian, Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menilai jika langkah itu justru kurang tepat. Pasalnya, 40% pengguna pertalite adalah masyarakat ekonomi terbawah.Â