"Ya, sudah, makan sini saja!", kata suamiku.Â
" Makan di sini apa bungkus? " Tanyaku. Suamiku diam, antara bingung dan ragu-ragu.Â
"Satu dibungkus, satu dimakan sini saja Mbah," Akhirnya aku yang memutuskan. Tidak telaten menunggu jawaban yang gak jelas, hihihi...Â
Sambil menunggu, untuk menghilangkan jenuh, kuambil gawaiku dan mulai beraksi. Memangnya mau ngapain, hehehe...Â
"Aku keluar sebentar ya, Mas. Mau lihat penjualnya membakar sate, kataku.Â
" Ya! " Kata suamiku yang lebih memilih duduk menunggu di dalam.Â
"Pak, saya foto ya! " Kataku meminta ijin memfoto Mbah Narto yang sedang membakar sate.Â
"Monggo, Bu! " Kathah kok sing remen foto-foto( Silakan, Bu, banyak kok yang suka foto-foto) . kata Mbah Narto.Â
"Sate Ponorogo niku keistimewaane napa Mbah? (Sate Ponorogo itu keistimewaanya apa, Mbah? ")Â
" Sakderenge dibakar pun kula bumboni, terus daging e, jerohane, kulit e, kula pisah piyambak-piyambak, " ( sebelum dibakar sudah saya bumbui, dan daging, jeroan sama kulitnya saya pisah sendiri-sendiri)Â