Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Obrolan Lebaran Apa Saja yang Sebaiknya Dihindari atau Malah Dikemukakan untuk Menambah Semarak Silaturahmi?

29 April 2022   07:54 Diperbarui: 29 April 2022   07:56 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengobrol untuk mempererat silaturahmi (dokpri)

"Wah, tambah makmur saja, " Seloroh salah seorang teman. 

"Alhamdulillah...! " Jawabku sambil nyengir. Anggap saja doa yang baik,didoakan bertambah makmur, hihihi. Bukankah sesuatu terkadang bergantung pada pikiran kita? 

Kalau bahasa lugasnya mungkin kok tambah menggelembung, hihihi.. (Balon kali...!) Butuh keluasan hati untuk menanggapi komentar pada diri kita. Santai saja. Hidup ini terlalu indah untuk dibuat jelek. Nikmati dan berpikirlah positif, biar lebih berhati-hati dan selalu prokes. Ehh.. Kok jadi ngomongin covid. 

Sudah menjadi tradisi, bersilaturahmi saat Lebaran banyak dilakukan. Saling berkunjung dan mengobrol melepas kangen bagi yang jarang bertemu, maupun untuk mempererat silaturahmi bagi yang sudah biasa bertemu.

Biasanya obrolan mengalir begitu saja. Terjadi secara spontanitas. Asyik tanpa rekayasa. Bisa jadi menarik, tapi bisa jadi tanpa sadar menyinggung titik sensitif pada teman mengobrol.

Mungkin bagi sebagian orang, obrolan yang umum dan wajar, bisa menjadi obrolan yang memercikkan bara atau justru membuat ilfil. Misalnya pertanyaan, istrinya berapa?. Ehh... Maksudnya, anaknya berapa? Sudah menikah apa belum? Sekarang kerja di mana? Mudiknya naik apa?

Anaknya berapa? Sebenarnya adalah pertanyaan yang umum ditanyakan. Tapi bagi pasangan yang sudah lama menikah, tapi belum diberi momongan, pertanyaan itu bisa menjadi momok. Bahkan bisa menjadi trauma untuk bersilaturahmi jika setiap bertemu orang, pertanyaan seperti itu yang dilontarkan.

Sudah menikah apa belum? Pertanyaan biasa ini akan terasa menonjok bagi jomblo yang tak juga mendapat pasangan. Bahkan bisa terasa seperti sindiran dan tamparan. Apalagi untuk orang yang tidak punya mental kuat. Pertanyaan seperti itu terasa menusuk dan menyakitkankan.

Tapi bagi orang yang biasa berpikiran positif, pertanyaan seperti itu bisa diterjemahkan sebagai peluang untuk dicarikan jodoh yang sesuai, hihihi...

Sekarang kerja di mana? Pertanyaan seperti ini, bila yang ditanyai adalah orang yang mempunyai karir bagus, seperti membuka jalan untuk memamerkan pekerjaan nya. Tapi bagaimana kalau yang ditanyai adalah orang yang baru kena PHK? Orang yang sudah setengah mati melamar pekerjaan tapi belum ada satupun yang dibalas atau diterima? Tentunya pertanyaan seperti itu menyakitkan dan terdengar nyinyir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun