Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kilat dan Glung. Penanda yang Dinanti Anak-anak Saat Bulan Puasa Tahun 70-80 an.

7 April 2022   03:22 Diperbarui: 7 April 2022   04:29 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu, tahun 70 an sampai pertengahan 80-an, di daerah kami belum ada mushola atau masjid. Otomatis tidak pernah terdengar kumandang adzan, termasuk adzan maghrib yang merupakan penanda waktu berbuka.

Bagi yang rajin mengerjakan sholat, penanda sholat diketahui dari suara adzan di radio. Sejujurnya, muslim yang mengerjakan sholat dengan tertib, saat itu masih jarang. Tak heran, saat berpuasa, untuk mengetahui waktu maghrib, biasanya mengandalkan suara adzan dari radio.

Di saat bulan ramadan, ada pertanda unik yang bisa kami lihat dan dengar dari pandangan lepas di sawah yang bebas dari hambatan pepohon. Meski sumber penanda waktu berbuka itu, konon berasal dari masjid agung Purworejo di dekat alun-alun. Entah petasan yang dinyalakan, atau long bumbung, ada pula yang mengatakan tembakan meriam. 

Sampai saat ini, saya tidak tahu, apa sebenarnya kilat dan Glung itu. Apakah sekarang masih ada atau tidak, sudah tidak ada yang terlalu membutuhkan lagi. 

Kilatan cahaya dan suaranya menggema sampai ke tempat kami, sebuah desa di kecamatan yang berada di kabupaten purworejo bagian selatan. Padahal jaraknya berkilo-kilo meter. 

Saat kira-kira menjelang maghrib, kami berkerumun di pinggir sawah. Sebagian memanjat pohon maja, pohon kandri, atau pohon apapun yang tumbuh di pinggir sawah. 

Terkadang ada yang sudah bersiap membawa makanan untuk membatalkan puasa saat kilat dan Glung terdengar. Ada tahu isi, ketela, moho, bakwan, pisang goreng, roti, atau pisang. Apa saja yang bisa dimakan. Terkadang kami berbagi dan bertukar makanan. Saat itu makanan masih menjadi barang mewah dan langka. Tidak seperti anak-anak sekarang yang berlimpah makanan dengan jenis beragam. Ada juga yang membawa minuman.

Pada sore hari, saat-saat menjelang maghrib, kami anak-anak beramai-ramai berkumpul di pinggir sawah, dengan pandangan lepas ke arah tertentu.

Mata kami siaga ke arah langit lepas, searah sumber penanda itu berasal.

Tiba-tiba terlihat kilatan cahaya merah, diikuti suara "Gluunggg!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun