Pagi yang indah. Lantunan tadarus mengalun lembut. Menebar aura relegius  dan syahdu. Kicauan burung menghias cakrawala. Menemani bagaskara yang mulai menampakkan cahaya.Â
Entah Ramadan hari ke berapa, tapi  keindahan suasana menyembuhkan jiwa yang lara ketika pandemi menerpa. Pelan-pelan terusir denfan ikhtiar, waspada dan doa. Sungguh perlu disyukuri semua adalah karuniaNya.Â
Bulan ramadan yang istimewa, semua berlomba dalam kebaikan, berharap berkah dan ampunanNya. Tadarus, dzikir, shalat qiyam, bersedekah, menolong sesama, menghias bulan penuh berkah.Â
"Dek, aku sudah juz 5, kamu juz keberapa? " Suara itu mengusikku.Â
"Dek, kok malah melamun, "
"Dek....! "
Aku hanya tersenyum tipis. Buyar sudah ide yang sempat hinggap. Apakah aku harus marah? Tentu tidak. Bukankah puasa harus menahan hawa nafsu, termasuk nafsu amarah?Â
"Juz berapa ya.... Nanti deh kulihat"
 jawabku menahan kesal karena ide mendadak buyar.Â
"Astaghfirullah... Kenapa aku jadi mengabaikan pertanyaan suamiku dan menjadi jengkel.Â