Ramadan kali ini begitu istimewa, karena setelah 2 tahun pandemi dan aktifitas di masjid begitu terbatas, tahun ini aktivitas di masjid kembali diperbolehkan.Â
Gaung Ramadan di tempat saya, di Madiun, Jatim mulai kembali semarak. Masjid dipenuhi jemaah, dan diadakan pondok Ramadan bagi anak-anak yang diikuti kurang lebih 100 anak. Pesertanya dari setiap duluh yang ada di desa. Malam hari, suara tadarus kembali bergema, dan musik patrol bersama teriakan membangunkan sahur mewarnai malam yang seperti tak pernah tidur. Tapi toko dan pedagang jam 10 malam, dihimbau sudah tutup.Â
Sementara, dari berbagai daerah di Nusantara Ramadan pertama diwarnai shalat tarawih dengan kondisi beragam.Â
Di Aceh, tarawih pertama dijaga polisi bersenjata laras panjang, dan akan dilanjutkan selama 30 hari ibadah Ramadan. Hal ini diberlakukan di seluruh masjid di Kabupaten Aceh Utara.Â
Pengamanan ini ada yang ditempatkan secara terbuka maupun tertutup. Â Pengamanan polisi ini semata-mata untuk memberikan rasa aman pada masyarakat yang melaksanakan ibadah Ramadan pada malam hari di masjid.Â
Bahkan di desa-desa di sana juga diadakan patroli rutin di desa-desa untuk menjaga keamanan. Masyarakat diingatkan untuk tidak lupa mengunci rumah selama ditinggal beribadah di masjid.Â
Para pedagang dihimbau untuk memasang CCTV agar bila terjadi tindak kejahatan bisa segera dideteksi pelakunya.Â
Lain di Aceh, lain pula di NTB. Di Islamic Centre Hubul Wathan NTB, shalat tarawih pertama dilaksanakan dengan shaf rapat diiringi antrian parkir sepeda  motor.Â
Jemaah bersyukur kembali bisa melaksanakan shalat tarawih seperti sebelum pandemi. Tapi beberapa masih taat melaksanakan prokes, seperti mencuci tangan dengan sabun dan ber masker.