Mengunggah foto di sosmed? Mengunggah  video? Hampir dipastikan orang yang mempunyai akun atau akses ke sosmed pernah melakukannya. Bahkan ada yang tiada hari tanpa mengunggah foto maupun video. Sebab itulah gunanya sosmed, saling memberi informasi dan interaksi, meski tak sedikit orang yang apatis karena dampak negatif yang ditimbulkan dan banyak dibumbui, digoreng,direbus, disate, ditongseng. Upsss...
Bahkan ada sebagian orang yang bangga tidak kenal sosmed, karena malang melintang di sosmed dianggapnya aib. Owh....
Kecanduan sosmed memang tidak bagus. Semua yang berlebihan itu tidak bagus,tidak hanya kecanduan sosmed. Tapi kalau kita mempunyai karakter yang kuat, sosmed justru bisa menempa kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh, tidak cemen dan baperan, sebab di sosmed rawan perundungan baik secara langsung maupun tidak langsung.Â
Terkadang status orang yang tidak kita kenal sama sekali pas sekali dengan kondisi kita dan seolah-olah sengaja menyindir dan mencibir kita, padahal itu hanya kebetulan. Dari sosmed kita juga bisa menjadi terbiasa menghadapi tekanan, ketika komentar-komentar netijen begitu tajam dan sarkastis.
Kembali kepada fenomena pamer, yang seringkali mendapat kecaman, ada baiknya kita berada di posisi netral, sehingga woles saja ketika banyak orang berbagi informasi pribadinya di sosmed baik mengunggah foto-foto fesyen, kuliner, piknik, maupun property yang dimilikinya.Â
Ada da'iyah kondang yang terkenal mengecam keras pada para uploder, seperti upload makanan berbuka saat puasa. Pameeerrrr....katanya. Saya juga punyaaa..kataya dengan sirik.
Dan melarang orang-orang untuk berlaku seperti itu. Padahal jika kita berpikir positif, melihat unggahan-unggahan makanan itu justru menginspirasi kita untuk memilih menu, kadang membangkitkan nafsu makan, dan membuat kita kreatif dengan melihat berbagai unggahan foto kuliner, sebab bahasa gambar terkadang lebih banyak bercerita.Â
Begitu juga dengan unggahan tempat piknik, akan memberi informasi dan banyak masukan. Masalahnya sebenarnya justru hati kita yang sakit sehingga ketika ada yang berbagi dan memberi informasi justru dianggap pamer dan riya'. Sepertinya mindset kita yang perlu direnovasi. Biasakan berpikiran positif dan mengambil manfaat dan kebaikan dari fenomena di sekitar kita.
Tentunya juga harus kita tanamkan juga pada anak-anak kita untuk selalu berpikir positif, jangan malah mengecam dan mencaci maki orang yang berbagi dan memberi informasi. Tapi secara keseluruhan, dunia medsos memang seperti pisau bermata dua. Perlu kedewasaan berpikir dan bersikap, juga kebijaksanaan. Daripada menghakimi, lebih baik mengambil manfaat dan berbesar hati. Jangan menjadi manusia sirik dan baper.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H