Asalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan saya Istiyanah dari SD Negeri 2 Pringsurat, calon guru penggerak angkatan 8 Kab. Temanggung.
Mohon izin mengawali tulisan ini dengan kutipan kata bijak sebagai berikut:
" Setiap orang menjadi guru setiap rumah menjadi sekolah "
(Ki Hajar Dewantara).
Pandangan Ki Hajar Dewantara ini sejalan dan memberi pengaruh pada pemikiran yang digunakan dan menjadi dasar dalam sebuah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan yang efektif yang berpihak pada murid. Dari pemhaman dan pendalaman filosofi ini seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya setiap pengambilan keputusan selalu mengedepankan murid. Dimana pengambilan keputusan ini menjadi cerminan dan teladan bagi murid di masa yang akan datang. Keputusan yang tepat dan efektif akan mmapu memberikan semangat dan ide kreatif bagi murid atau rekan sejawat untuk berkembang sesuai dengan potensinya dan mampu mengambil keputusan secara tepat dan efektif dalam berbgai situasi.
Nilai-nilai yang tertanam akan berpengaruh pada prinsip pengambilan keputusan, proses pengambilan akan bertanggung jawab, kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berhubungan sosial akan mewujudkan filosofi triloka Ki Hajar Dewantara. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas
Jika dalam pengambilan keputusan telah efektif tetapi masih memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri atas keputusan yang telah diambil, hal ini bisa dibantu dengan sesi "coaching" kegiatan ini bisa membantu menggali kembali potensi-potensi yang dimiliki. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, bertanggung jawab dan selalu berpihak kepada murid.
Dalam melaksanakan proses Pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik
Pemahaman guru tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkahpengambilan keputusan akan membantu guru untuk memberikan dorongan dan dukungan bagi murid atau rekan sejawat dalam pengambilan keputusan dalam berbagai situasi yang mennatang khususnya pada kasus dilema etika.
Sebagai pemimpin pembelajaran dalam setiap keputusan harus berpihak pada murid, bertanggung jawab dan nilai kebajikan yang universal. Serta menerapkan 4 paradigma dilema etika:
- Individu lawan kelompok
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan
- Kebenaran lawan kesetiaanÂ
- Jangka pendek lawan jangka Panjang
Pengambilan keputusan juga harus berpegang pada 3 prinsip yaitu:
- prinsip berbasis hasil akhir
- prinsip berbasis peraturan
- prinsip berbasis rasa peduli
Kemudian diterapkan kedalam 9 langkah pengambilan keputusan, diantaranya:
- Mengenali nilai-nilai yang bertentengan
- Menentukan siapa saja yang terlibat
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
- Pengujian benar salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi (halalam utama koran), uji keputusan panutan/idola.
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Prinsip pengambilan keputusan
- Investigasi opsi trilemma
- Buat keputusan
- Tinjau kembali keputusan dan refleksi
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika akan semakin mengasah rasa empati dan simpati sebagai seorang pendidik. Rasa empati dan simpati yang terbiasa akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika sehingga pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan lebih bijak.
Kesimpulan ahhir dari rangkuman modul ini adalah setiap keputusan yang diambil pendidik sebagai pemimpin pembelajaran harus berdasarkan pada keberpihakan kepada murid dengan berbagai kondisi dan kodrat masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan pengambilan keputusan secara tepat termasuk dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan coaching. Dalam pengambilan keputusan, guru melatih sosial emosional siswa untuk mewujudkan wellbeing dimana untuk mencapai hal tersebut diperlukan kompetensi kesadran diri, pengeloaan diri, kesadarn sosial dan keterampilan berhubungan sosial. Coaching dapat menjadi media komunikasi asertis antara guru dan murid.