Kali ini saya ingin menulis sesuatu yang beda, tentang cinta, iya CINTA tulisan ini untuk saya setidaknya “untuk menasehati diri saya sendiri” setelah kehilangan demi kehilangan, setelah pungung itu menjadi tatapan terakhir untuk melihat kekasih saya pergi … semoga saya mampu melepaskan manis dan nikmatnya dunia karena akhirat menjadi tujuan saya, meski saat dimana sahabat sahabat sedang sibuk mencari jodoh, pacaran, cari calon suami, dan yang ingin saya lakukan adalah mengesampingkan cinta seorang jejaka karena ALLAH, langka tapi nyata begitu mereka bilang
I have to leave him for the sake of ALLAH, sebuah kalimat yang sangat indah dihati saya, bukan karena tidak mencintai sang jejaka, atau menolak kehadiran cinta yang juga sama indahnya dihati tapi semata mata karena saya takut cinta saya kepada ALLAH terganggu hingga memberi ruang kepada cinta selain ALLAH
Kemudian saya teringat ucapan sahabat saya “De, gue mau mencintai perempuan yang solehah yang bisa mendekatkan gue kepada ALLAH“ jujur saya tidak setuju dengan pernyataan ini, karena buat saya mendekat kepada ALLAH itu hukumnya utama, persoalan apakah kemudian saya akan diberi pasangan yang soleh atau tidak itu mutlak hak ALLAH, karena kalau saya sudah memperolah cinta ALLAH maka pastilah ALLAH akan menitipkan saya pada kekasihnya yang lain, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya, itu janji ALLAH dan ALLAH tidak pernah ingkar janji.
Kutinggalkan Dia demi DIA … kalimat yang indah bukan?
Duhai jejaka … ”namamukah yang tertulis di lauh mahfuz sana sebagai jodoh saya?” belum tentu, ”engkaukah yang akan menemani saya di titian jalan menuju syurga? dirimukah yang akan melengkapkan separuh dari agama saya?” jawaban dari pertanyaan ini ada pada ALLAH, bukan dihati saya dan hati kekasih saya. Dan jika kamu tercipta bukan untuk saya, haruskah saya marah kepada ALLAH, tentu tidak jika luka kita kembalikan kepada pemilik cinta, dariNYA cinta berasal dan kembali padaNYA
Duhai Jejaka “apakah ketampanan yang ALLAH berikan menghias wajahmu ini diciptakan ALLAH untuk saya?” tolong jawab!! Dan bisa dipastikan kamu takkan pernah dapat memberi jawaban “apakah kamu tercipta untuk saya” kitapun tak akan punya jawaban atas pertanyaan ini, karena jawabannya bukan di tangan kamu dan saya, tetapi di tangan ALLAH, di tangan TUHAN kita, iya ALLAH, TUHAN saya dan TUHAN kamu.
Duhai Jejaka, tahukah kamu, hati saya gelisah memikirkan kamu, takut kehilangan kamu, terbayang betapa beratnya ketika kamu tiada, menjalani hari hari tanpa sms darimu, melewati waktu tanpa mendengar suaramu, tak ada lagi gelak tawa canda dan nasehat yang kerap hadir di perbincangan kita di malam nan syahdu, tak ada lagi yang akan menanyakan apakah saya sehat hari ini, sudah makankah saya, sudah bayar zakat, sudah shalat tepat pada waktunya bahkan menjadi alarm saya mengingatkan untuk tahajud…
Namun ketakutan ini mengalahkan ketakutan saya kepada ALLAH, saya takut DIA murka karena saya menikmati yang bukan hak saya, takut murka ALLAH karena jantung saya yang berdegup kencang telah saya isi dengan bayangan kamu yang bagai hantu mengikuti saya kemanapun saya pergi ada kamu dihati saya, padahal detak jantung ini titipan ALLAH yang harus saya pertanggungjawabkan.
Jadi maafkan saya jika ketakutan saya pada ALLAH melebihi kegelisahan saya memikirkan kamu, biarkan saya sendiri dulu, izinkan saya bersama DIA saja
“Now, I have to leave you for the sake of ALLAH”