Sudah selama 2 tahun terakhir ini saya menjadi ibu. Menyandang statusnya membuat saya banyak belajar bahwa tidaklah mudah untuk dijalani.
Memang sebelum melahirkan dan membesarkan buah hati, ada bayangan dan ketakutan dengan fenomena baby blues. Pasti dengan niat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT akan dimudahkan jalannya.
Namun setelah dijalani ternyata stress akibat lapar yang ditahan, lelah yang di rasa menjadi penyebabnya. Perasaan kalut dan mudah sekali emosi jadi mudah bersarang di hati. Terutama nahan pipis saat menyusui, cukup di kondisi prihatin kalau begini.
Sabar ya mom, sesaat saja kita tahan. Jika sudah selesai menyusui semua hajat bisa kita tunaikan dengan segera.
Tak disangka kini buah hati saya sudah berlatih membaca surat al-fatihah. Meski masih sangat terbata-bata. Sesekali juga bisa mengikrarkan apa yang ia minta. Apalagi saat saya menulis dan membaca dia juga bergelondetan memandang tulus ikut meniru.
Secara sadar melihat pengalaman saya mengasuh, banyak hal yang begitu sayang dilewatkan. Apa lagi sekarang di fase unyu-unyu.
Dukungan dari orang terdekat untuk bisa merangkul ibu baru untuk membersamai sikecil.
Yang selalu saya tanamkan dalam hati ialah, balasan surga sebanding apa yang kita kerjakan selama ini. Itulah alasannya mengapa surga di telapak kaki ibu. Tidak ada harga apapun yang mampu membalas ketulusan yang ia beri. Kasih sayang yang tidak pernah menipu, apa yang ada tampak tulus dari keluasan hatinya.
Pekerjaan yang memerlukan banyak sekali energi, ilmu dan dibutuhkan sepanjang waktu. Disipilin ilmu untuk menjadi ibu yang ideal sangat terbatas atau bisa jadi ilmu pengasuhan dekat sekali dengan keimanan.
Meningkatkan keimanan dan mempertajam ilmu lalu menjadi ibu adalah sisi lain untuk menempuh derajat ketaqwaan. Barangkali memang berliku jalannya.
Orang-orang spesial diberikan ujian yang juga spesial begitulah prinsip hidup. Saya ingin memberikan perhatian lebih kepada buah hati. Dengan segenap perjuangan yang optimal.